Ideologi Muhammadiyah : Agama bagi para Instruktur
Iqbal Fadil
PC IMM Kota Tangerang
Memahami hakikat agama tidak cukup hanya dengan mengkaji berbagai defenisi agama yang dikemukakan oleh para ahli maupun pemikir keagamaan, tapi perlu juga dilengkapi dengan paham tentang pokok-pokok dari ajaran nya masing masing. Agama secara umum yang dipakai dalam bahasa indonesia berasal dari bahasa Sanksekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu “a” yang berarti tidak, dan “gama” yang berarti kacau, jadi agama berarti “tidak kacau” (teratur).
Agama merupakan suatu bentuk keyakinan manusia terhadap sesuatu yang bersifat adikodrati (supernatural). Keberadaan agama sudah ada sejak lama, dan menjadi bagian dari sejarah umat manusia. agama memiliki ruang lingkup yang sangat luas dalam kehidupan, dan tidak hanya sekedar memberi petunjuk untuk kehidupan di akhirat. Agama membawa nilai-nilai kehidupan bagi manusia, sehingga memberikan pengaruh yang luar biasa dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam beberapa golongan masyarakat, agama juga menjadi kebutuhan dasar dari kehidupan kelompok. Agama pun menjadi suatu pedoman yang memuat norma-norma tertentu. Norma-norma tersebut pada akhirnya menjadi acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan agama yang dianutnya .
Ideologi merupakan paham, pandangan atau cara berpikir seseorang akan sesuatu yang sumbernya dari olah pikir manusia yang tentu menjadi pembeda dengan Agama yang bersumber dari Tuhan, Muhammadiyah sendiri tidak pernah menentangkan dan menyepadankan dirinya dengan Islam. Muhammadiyah itu menjadikan Islam sebagai ajaran yang menjadi landasan, fondasi, filosofi, bingkai, misi, cita-cita, dan lebih jauh lagi sistem yang menjadi pedoman bagi perjuangan .
Organisasi Muhammadiyah merupakan gerakan yang memperjuangkan terwujudnya islam sebagaimana yang tertulis dalam cita cita Muhammadiyah dan menjadikan umat islam hidup sepanjang ajaran Islam serta dapat meraih kejayaan dalam peradaban hidupnya. Muhammadiyah sejatinya merupakan organisasi yang memiliki khas gerakan islam yang berkemajuan, modern dan moderat, dan kemudian berusaha menjadikan Islam sebagai Minhaj al-Hayat (Sistem Kehidupan) sekaligus menjadi rahmatan lil-‘alamin dimuka bumi ini.
Namun dewasa ini menjadi problem kita bersama dimana masih banyak paham tentang Muhammadiyah yang tidak terserap secara merata dalam tubuh kader persyarikatan, masih banyak kader muhammadiyah yang tidak memahami secara mendalam tentang ajaran muhammadiyah yang secara kaffah. Sehingga tidak optimal nya kualitas setiap kader dalam setiap gerakan nya diberbagai aspek dan berita liar tetang ajaran muhammadiyah masih belum diterima di masyarakat kita, sehingga kebanyakan orang menggangap muhammadiyah ialah aliran.
Hal ini tentu menjadi sebuah kerja rumah yang besar bagi setiap kader persyarikatan Muhammadiyah, konsep ideologi dalam Muhammadiyah bersifat mendasar, yaitu menyangkut dan diistilahkan dengan keyakinan dan cita-cita hidup. Ideologi Muhammadiyah bukan sekedar seperangkat paham atau pemikiran belaka, tetapi juga teori dan strategi perjuangan untuk mewujudkan paham tersebut dalam kehidupan bermasyarakat.
Dari pemaknaan tentang ideologi tersebut, maka betapa penting mempertautkan segenap hal dan proses gerakan Muhammadiyah kedalam idealisme yang mendasar, yang disebut ideologi. Ideologi dalam kaitan yang penting itu sesungguhnya merupakan pandangan dunia yang dianut oleh gerakan islam yang didirikan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan. Dengan demikian segenap anggotanya dapat memahami dan merujuk pada apa, bagaimana dan untuk apa Muhammadiyah itu, yang dasar dan arahnya melekat dengan keyakinan dan cita-cita yang mengikat bagi seluruh kader dan kelembagaan persyarikatan.
Pengkaderan secara sederhananya menjadi sebuah sistem yang mengumpulkan kuantitas didalam sebuah ikatan menjadi kualitas dan oleh karena itu, pengkaderan merupakan suatu yang fundamental dalam organisasi karena pengkaderan akan menghasilkan kader yang sejatinya menjadi jantung organisasi, jika berbicara pengkaderan tentu setiap kader IMM akan berbicara bagaimana penting dan peran dari Instruktur.
Instruktur merupakan seorang pendidik yang berperan sangat besar dalam proses pengumpulan kuantitas hingga menjadi kualitas yang nanti nya kualitas tersebut akan menjadi pembeda bagi ikatan dan tentunya Muhammadiyah hingga terwujudnya cita-cita Muhammadiyah sebagai ideologi yang merupakan pandangan dunia dan dapat diterima oleh berbagai kalangan dan lingkungan manapun.
Maka instruktur memiliki peran yang sangat penting dalam perwujudan cita-cita Muhammadiyah khususnya IMM sebagaimana pengkaderan yang merupakan hal sangat dasar dan fundamental tersebut hingga kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Mahasiswa yang memang wajib nya bermasyarakat dapat menjadi pembeda serta menyampaikan dakwah Muhammadiyah hingga diterima oleh seluruh kalangan.
Akan tetapi permasalahan yang menjadi kerja rumah besar bagi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah masih banyaknya Instruktur sendiri yang tidak memahami Ideologi Muhammadiyah secara utuh atau secara kaffah sehingga tidak optimal nya pengkaderan dalam tubuh Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah khususnya pengkaderan dasar atau yang biasa kita sebut sebagai Darul Arqam Dasar atau dapat diartikan sebagai pintu masuk awal kader-kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang setidaknya sudah bisa mengenal mengenai ideologi Muhammadiyah, akibatnya terjadi kecacatan dalam berpikir mengenai ideologi Muhammadiyah.
Kecacatan tersebut mengakibatkan tidak optimal nya kualitas kader dalam berbagai aspek yaitu sosial, pendidikan dan agama. Sebagai contoh, dalam aspek sosial dapat kita lihat bersama sebagai seorang kader yang juga menjadi mahasiswa yang harusnya sudah mampu menjadi pembeda ditengah masyarakat dalam gerakan sosial nya, sebagaimana tertulis di salah satu Tri Kompetensi gerakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yaitu Humanitas yang berdasar pada gerakan sosial di Muhammadiyah dengan sumber Surah Al Ma’un sebagai landasan nya, tapi kenyataan nya kader masih belum mampu menjadi pembeda atau sekedar ikut serta memberi inovasi ditengah-tengah masyarakat.
Dalam aspek pendidikan seorang kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang tentu nya juga merupakan seorang Mahasiswa harus memiliki Visi yang sangat kuat dalam menguasai bidang penjurusan dari studi nya masing-masing hal itu disebabkan penguasaan bidang studi merupakan cerminan seorang kader dalam pergerakan hingga bisa menjadi uswah terhadap kader lain nya, kenyataan nya kader-kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah masih banyak yang belum memahami betapa penting nya sebuah Visi dalam bidang penjurusan dari studi nya masing-masing itu, hingga kader sering mengalami pecah konsentrasi dan larut dalam studi yang bukan menjadi pilihan sebelum nya.
Dalam aspek terakhir yaitu agama yang tentunya merupakan hal utama yang seharusnya sudah menjadi sebuah penguasaan disetiap kader-kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dalam setiap kehidupan maupun pergerakan. Akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kader-kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang belum membaca bahkan mengenal apa itu Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah yang menjadi sebuah landasan atau petunjuk bagi setiap warga persyarikatan.
Tiga aspek yang telah disebutkan diatas sebenarnya adalah perwujudan dari Tri Kompetensi gerakan Ikatan Mahasiwa Muhammadiyah yaitu Aspek Sosial dalam wujud Humanitas, Intelektualitas dalam wujud Aspek Pendidikan dan Aspek Agama dalam wujud Religiusitas. Selain tiga aspek diatas ada masalah besar yaitu tentang pandangan masyarakat terhadap Muhammadiyah sehingga pandangan itu terkonstruksi pada masyarakat khususnya pada Mahasiswa yang belum mengenal Muhammadiyah sehingga ketika mereka ingin menjadi kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah pikiran liar tersebut tetap ada, yang menyebutkan bahwa Muhammadiyah adalah aliran dalam islam bahkan yang berbeda dari Islam.
Bukankah persoalan itu menjadi salah satu tugas dari Instruktur untuk memperbaiki pandangan yang telah keliru tersebut? sudah sepatutnya itu menjadi tugas dari Instruktur karena Instruktur lah yang memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk jiwa dan pola pikir kader. Akan tetapi, timbulnya persoalan baru dalam Ikatan ketika Instruktur tersebut bahkan tidak mengenal apalagi memahami mengenai Ideologi Muhammadiyah yang menjadi landasan pemikiran dan pergerakan dalam Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang merupakan anak kandung dari Persyarikatan Muhammadiyah.
Ideologi Muhammadiyah sudah sepantas nya menjadi sebuah Agama bagi seorang Instruktur dalam setiap kehidupan hingga pergerakannya. Karena akan menjadi sebuah pedoman yang menuntun para Instruktur dalam membimbing kader sesuai dengan Sistem Perkaderan Muhammadiyah. Ideologi Muhammadiyah menjadi Agama bagi para Instruktur merupakan solusi yang penulis tawarkan karena hal itu merupakan hal dasar yang dapat memperbaiki kecacatan Instruktur seperti yang telah tertera diatas.
Dengan solusi tersebut penulis menawarkan dua cara yang dapat membumikan Ideologi Muhammadiyah hingga akan menjadi Agama bagi para Instruktur. Yang pertama, dengan menghadirkan ruang diskusi tentang Ideologi Muhammadiyah secara berlanjut dan tentunya konsisten. Dengan menghadirkan juga silabus yang menjadi penunjang diskusi sehingga ada input hingga ouput yang dihasilkan. Apabila ruang diskusi tersebut belum maksimal dapat di evaluasi dan diperbaiki sebagaimana mestinya.
Kedua, Ideologi Muhammadiyah menjadi Agama bagi para Instruktur dapat dihadirkan dengan gerakan-gerakan yang berinovasi tetapi tetap bernafaskan Ideologi Muhammadiyah. Contoh yang dapat saya berikan sebagaimana yang telah terjadi di Kota Tangerang adalah dengan mengadakan Madrasah Intelektual Profetik(MIP) yang mana pada gerakan tersebut merupakan gerakan inovasi dari diskusi biasa yang diubah menjadi sebuah ruang dalam mengawali pergerakan Intelektual di Kota Tangerang dengan tidak melupakan bagaimana Ideologi Muhammadiyah itu terimplementasikan.
Dengan dua cara tersebut penulis yakin bahwa penting nya Ideologi pada jiwa Instruktur akan didapatkan ketika Ideologi Muhammadiyah telah menjadi Agama bagi para Instruktur. Dengan kata Agama yang merujuk pada artian sebuah kepercayaan dan pedoman. Hingga setelahnya akan dapat menghadirkan Perkaderan yang lebih baik serta dapat membantu terwujudnya cita-cita Muhammadiyah.