Kultum Dzuhur disampaikan oleh Ustadz Drs. H. M. Nurzansyah,M.Hum
Tema : Terdapat Perintah dan Larangan dalam Ibadah
Surat Al-Baqarah Ayat 2-3
ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَ
“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa “
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.
Taqwa berarti = Menghindar.
Mana mungkin kita menghindar dari Allah SWT, karena Allah SWT maha mengetahui, baik yang nampak maupun yang tersembunyi sekecil dan sehalus apapun.
Maksud dari Taqwa artinya menghindar, arti secara Tafsir menurut Ulama adalah menghindari dari Azab Allah SWT.
Bagaimana cara menghindari azab Allah SWT ?
Ulama memberikan Definisi dengan cara bertaqwa= Menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan Allah SWT
Definisi Lain Dari Taqwa adalah Menghindari Hati, Hati-hati dengan Hati.
Artinya Hati Harus Lurus, Tulus, Ikhlas kepada Allah SWT, hindari Hati yang Kotor Tidak Ikhlas, Tidak Khusyu’ dsb.
Dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 2-3
Orang yang bertaqwa adalah Orang yang Percaya dengan yang Ghoib, melaksanakan Sholat, Membayar Zakat ( Menjalankan Rukun iman dan Rukun Islam).
Jika ada perintah dalam beribadah ada juga larangan dalam ibadah itu sendiri.
Contoh ketika pelaksanaan Wudhu, setelah selesai wudhu masih ada yang belum terbasuh, berarti Wudhu tidak benar Allah SWT melarang perilaku Mubadhir (Boros).
Surat Al-Isra Ayat 27
إِنَّ ٱلْمُبَذِّرِينَ كَانُوٓا۟ إِخْوَٰنَ ٱلشَّيَٰطِينِ ۖ وَكَانَ ٱلشَّيْطَٰنُ لِرَبِّهِۦ كَفُورًا
Arab-Latin: Innal-mubażżirīna kānū ikhwānasy-syayāṭīn, wa kānasy-syaiṭānu lirabbihī kafụrā
Artinya: Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.
Perintah Ibadah Sholat misalnya, Bisa jadi Bacaan Makroj dan tajwidnya bagus,tapi ada Larangan melihat ke atas atau menengok kekanan dan kekiri ketika sholat serta hati yang tidak mengingat Allah SWT, sehingga disebut tidak Taqwa dalam Sholat.
Maka solusinya Setelah sholat harus mengucapkan istighfar bukan Hamdallah, untuk memohon Ampun dari kelalaian/kekurangan ketika sholat dilaksanakan.
Dalam Musnad Imam Ahmad dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda,
أَسْوَأُ النَّاسِ سَرِقَةً الَّذِي يَسْرِقُ مِنْ صَلاَتِهِ، قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ وَكَيْفَ يَسْرِقُ مِنْ صَلاَتِهِ؟ قَالَ: لاَ يُتِمُّ رُكُوْعُهَا وَلاَ سُجُوْدُهَا.
“Sejahat-jahat pencuri adalah yang mencuri dari shalatnya”. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana mencuri dari shalat?”. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam berkata, “Dia tidak sempurnakan ruku dan sujudnya.” (HR: Ahmad no 11532)
Dalam Perintah Ibadah Harta, Zakat atau shodaqoh misalnya, ada larangan Zakat, Infaq dan shodaqoh yang diberikan harus harta Halal.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تُقْبَلُ صَلاَةٌ بِغَيْرِ طُهُورٍ وَلاَ صَدَقَةٌ مِنْ غُلُولٍ
“Tidaklah diterima shalat tanpa bersuci, tidak pula sedekah dari ghulul (harta haram)” (HR. Muslim no. 224).
Ghulul yang dimaksud di sini adalah harta yang berkaitan dengan hak orang lain seperti harta curian.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Abu Hurairah di atas menceritakan tentang seorang laki-laki yang telah menempuh perjalanan jauh, sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdo’a,
يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِىَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ
“Wahai Rabbku, wahai Rabbku.” Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dari yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan do’anya?“ (HR. Muslim no. 1014)
Larangan dalam bershodaqoh dengan menyebut-nyebutnya karena dapat melukai hati sipenerima.
Surat Al-Baqarah Ayat 264
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَىٰ كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا ۖ لَا يَقْدِرُونَ عَلَىٰ شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir
Sedhokah latabtili shodakih jangan batalkan sedekah dengan menyebut nyebut
Perintah Ibadah Haji misalnya, Ada larangan Berkata Kotor, Berkelahi dan Bersetubuh .
Bertaqwalah dalam Ibadah Haji, Ikhtiarkan Ibadah Haji yang Mabrur.
Surat Al-Baqarah Ayat 197
ٱلْحَجُّ أَشْهُرٌ مَّعْلُومَٰتٌ ۚ فَمَن فَرَضَ فِيهِنَّ ٱلْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِى ٱلْحَجِّ ۗ
Artinya: (Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji.
Dalam Perintah Ibadah Puasa misalnya, Ada larangan dari Hal-hal yang membatalkannya, dan ditutup dengan membayar Zakat Fitrah untuk menyempurnakan Nilai Shoum itu sendiri dari perkataan Kotor dan mencari, mengantarkannya kepada Orang Miskin yang menjaga Marwahnya dari minta-minta.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِينِ فَمَنْ أَدَّاهَا قَبْلَ الصَّلاَةِ فَهِيَ زَكَاةٌ مَقْبُولَةٌ وَمَنْ أَدَّاهَا بَعْدَ الصَّلاَةِ فَهِيَ صَدَقَةٌ مِنَ الصَّدَقَاتِ
Artinya: Ibnu Abbas RA mengatakan, “Rasulullah SAW memerintahkan zakat fitrah sebagai penyucian bagi orang yang berpuasa dari omong kosong dan kata-kata kotor, serta untuk memberi makan orang miskin. Barang siapa yang menunaikannya sebelum sholat (Idul Fitri), maka zakatnya diterima, dan barang siapa yang menunaikannya setelah sholat, maka itu adalah sedekah (biasa).” (HR Ibnu Majah).
Demikian Sedikit penjelasan mengenai perintah dan larangan dalam beribadah semoga kita menjadi insan Bertaqwa.Amin
Nashrun minallah wafathun Qoriib
Wabasyiril Mu’minin
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barokatuh