Kultum Dzuhur disampaikan oleh Ustadz Dr. (Cand) Yusrizal Anas,ME.,Sy
Tema : Setelah meraih Kemenangan, Bertasbih dan beristighfarlah !!!
Surat An-Nasr Ayat 1
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ
Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan,
وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا
dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong,
فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ ۚ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا
maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.
Surat An Nasr menceritakan tentang peristiwa Fathu Makkah yang artinya pembebasan kota Makkah. Orang-orang berbondong-bondong memeluk Islam saat Fathu Makkah.
Banyak yang masuk Islam setelah Fathul Makkah
Yang dimaksud dengan Fath dalam ayat ini adalah Fathul Makkah (penaklukan kota Makkah, tahun 8 H), menurut satu pendapat. Pembesar Arab mereka begitu bangga dengan keislaman mereka ketika Fathul Makkah. Mereka mengatakan, “Jika seseorang meraih kemenangan ketika Fathul Makkah, maka berarti ia adalah seorang Nabi.” Lantas ketika itu pun banyak yang masuk Islam. Selama dua tahun, hampir seluruh jazirah Arab beriman. Tidak tersisa di beberapa kabilah Arab kecuali mereka pun masuk Islam. Alhamdulillah atas anugerah yang besar ini.
Jika datang pertolongan Allah dalam Fathul Makkah, setelah itu disuruh bertasbih, bertahmid, dan beristighfar.
Kenapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diminta beristighfar?
Dalam surah An-Nashr ini diperintahkan,
وَاسْتَغْفِرْهُ
“Mintalah ampun kepada Allah.”
Dalam doa yang beliau ajarkan disebutkan dalam hadits berikut ini.
وَعَنْ أَبِي مُوْسَى رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ كَانَ يَدْعُو بِهَذَا الدُّعَاءِ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي خَطِيئَتِي وَجَهْلِي، وَإِسْرَافِي فِي أَمْرِي، وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي جِدِّي وَهَزْلِي، وَخَطَئِي وَعَمْدِي، وَكُلُّ ذَلِكَ عِنْدِيْ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ، وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ، وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي، أَنْتَ المُقَدِّمُ وَأَنْتَ المُؤَخِّرُ، وَأَنْتَ علَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ.مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sesungguhnya beliau berdoa dengan doa ini, “ALLOHUMMAGH-FIRLII KHOTHII-ATII, WA JAHLII, WA ISROFII FII AMRII, WA MAA ANTA A’LAMU BIHI MINNI. ALLOHUMMAGH-FIRLII JIDDI WA HAZLII, WA KHOTHO-I WA ‘AMDII, WA KULLU DZALIKA ‘INDII. ALLOHUMMAGH-FIRLII MAA QODDAMTU WA MAA AKHKHORTU WA MAA ASRORTU WA MAA A’LANTU WA MAA ANTA A’LAMU BIHI MINNI, ANTAL MUQODDIMU WA ANTAL MUAKHKHIRU WA ANTA ‘ALA KULLI SYAI-IN QODIIR.”
Artinya: Wahai Rabbku, ampunilah kesalahanku, kebodohanku, dan melampaui batas dalam urusanku seluruhnya, dan juga apa yang lebih Engkau ketahui daripada diriku. Ya Allah, ampunilah kesungguhanku (dalam dosa), senda gurauku, kesalahanku, kesengajaanku, dan semua itu ada pada diriku (yang ada atau yang mungkin ada). Ya Allah, ampunilah apa yang telah aku lakukan dan apa yang akan aku lakukan, apa yang aku rahasiakan dan apa yang aku tampakkan, dan apa saja yang lebih Engkau ketahui daripada diriku. Engkaulah Yang Mendahulukan dan Engkaulah Yang Mengakhirkan, dan Engkau Yang Mahakuasa atas segala sesuatu.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 6399 dan Muslim, no. 2719]
Di antara alasan kenapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga beristighfar dikemukakan oleh Imam Al-Qurthubi rahimahullah dengan beberapa alasan:
1. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam merasa memiliki banyak kekurangan dan beliau bandingkan dengan nikmat besar yang Allah subhanahu wa ta’ala anugerahkan kepadanya. Beliau menilai bahwa kekurangan beliau dalam menunaikan hak tersebut adalah dosa.
2. Beristighfar adalah dalam rangka ibadah kepada Allah.
3. Sebagai peringatan bagi umatnya, kalau Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saja yang maksum (lepas dari kesalahan) beristighfar kepada Allah, maka yang lainnya yang pasti punya banyak dosa lebih pantas untuk berisitghfar.
Tafsir dari QS. An Nasr diantaranya kita harus banyak memuji akan Kemahasucian Allah SWT dan beristighfar atas kemenangan yang diraih, karena kemenangan tersebut adalah Pertolongan dari Allah SWT.
Ayat ini mengajarkan kepada kita semua, bahwa jika mendapat kesuksesan bukan atas dari kita sendiri melainkan ada Pertolongan Allah SWT, dan jangan berpesta pora dalam mengisi kemenangan tetapi banyaklah memuji, bedzikir dan beristighfar kepada Allah SWT dari kekhilafan dan kesalahan yang terjadi.
Terkadang ketika seorang memperoleh kemenangan, muncul sifat uzub dan takabur merasa kesuksesan yang diraih hasil kerja keras, banting, tulang Dirinya sendiri, sehingga melupakan peran Allah SWT, Naudzubillah min dzalik.
Kita harus ingat bahwa segala apapun yang kita dapatkan, kita raih, kita miliki bahwa jiwa raga ini adalah milik Allah SWT, Allah SWT yang menciptakan, mengurusi dan mengaturnya, maka ketika kita memperoleh kemenangan harus banyak bertasbih dan berdzikir.
Semoga kita digolongkan menjadi hamba-Nya yang Pandai bersyukur, Berdzikir dan beristighfar sehingga Allah SWT meridhoi segala Aktivitas kita semua
Nashrun minallah wafathun Qoriib
Wabasyiril Mu’minin
Wassalamu’alaikum Wr Wb