Kultum Dzuhur disampaikan oleh Ustadz Buya Irwan,MA
Tema : Penerapan Tauhid dikala Senang dan Susah
Allah Azza wa Jalla berfirman:
Al-Bayyinah · Ayat 5
وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ ٥
Mereka tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya lagi hanif (istikamah), melaksanakan salat, dan menunaikan zakat. Itulah agama yang lurus (benar).
ذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُم بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk. ” [Al-An’aam/6 : 82]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَدْخُلُ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ، وَأَهْلُ النَّارِ النَّارَ، ثُمَّ يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: أَخْرِجُوْا مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ إِيْمَانٍ، فَيُخْرَجُوْنَ مِنْهَا قَد ِاسْوَدُّوا فَيُلْقَوْنَ فِي نَهْرِ الْحَيَاءِ -أَوِ الْحَيَاةِ، شَكَّ مَالِكٌ- فَيَنْبُتُوْنَ كَمَا تَنْبُتُ الْحَبَّةُ فِي جَانِبِ السَّيْلِ، أَلَمْ تَرَ أَنَّهَا تَخْرُجُ صَفْرَاءَ مُلْتَوِيَةً؟
“Setelah penghuni Surga masuk ke Surga, dan penghuni Neraka masuk ke Neraka, maka setelah itu Allah Azza wa Jalla pun berfirman, ‘Keluarkan (dari Neraka) orang-orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi iman!’ Maka mereka pun dikeluarkan dari Neraka, hanya saja tubuh mereka sudah hitam legam (bagaikan arang). Lalu mereka dimasukkan ke sungai kehidupan, maka tubuh mereka tumbuh (berubah) sebagaimana tumbuhnya benih yang berada di pinggiran sungai. Tidakkah engkau perhatikan bahwa benih itu tumbuh berwarna kuning dan berlipat-lipat?”( HR. Al-Bukhari (no. 22))
Jama’ah Sholat Dzuhur yang berbahagia,
Pengertian tauhid apabila ditinjau dari segi bahasa atau etimologi merupakan bentuk kata mashdar dari asal kata kerja lampau yaitu wahhada yuwahhidu wahdah yang memiliki arti mengesakan atau menunggalkan.
Menurut Syaikh Muhammad Abduh (1926:4), dikemukakan bahwa “Ilmu tauhid adalah suatu ilmu yang membahas tentang wujud Allah, tentang sifat-sifat yang wajib disifatkan kepada-Nya, sifat-sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan daripada-Nya, juga membahas tentang rasul-rasul-Nya, meyakinkan kerasulan mereka, sifat-sifat yang boleh ditetapkan kepada mereka, dan apa yang terlarang dinisbatkan kepada mereka.”
Tauhid diklarifikasikan dalam tiga jenis, yakni;
- Tauhid Rububiyah
- Tauhid Uluhiyah
- Tauhid Mulkiyah
Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang Bathin. Ibadah berasal dari kata Abada-ya’budu ibadatan yang berarti beribadah/menyembah. Ibadah adalah menyembah kepada Allah atau tunduk kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya dan jika tidak bisa seolah-olah kamu dilihat-Nya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu Ta’ala,
الْعِبَادَة هِيَ اسْم جَامع لكل مَا يُحِبهُ الله ويرضاه من الْأَقْوَال والأعمال الْبَاطِنَة وَالظَّاهِرَة.
“Ibadah adalah suatu istilah yang mencakup semua yang Allah cintai dan Allah ridhai, baik ucapan atau perbuatan, yang lahir (tampak, bisa dilihat) maupun yang batin (tidak tampak, tidak bisa dilihat).” (Al-‘Ubudiyyah, hal. 44)
Para ulama menjelaskan bahwa secara garis besar, ibadah dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah.
Dalam pengklasifikasiannya Ibadah terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa khauf (takut), raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan syukur dengan lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan amalan hati, lisan dan badan.
Hubungan antara tauhid dan ibadah adalah bahwa tauhid merupakan dasaratau pondasi atau ideologi Islam dan prinsip utama hukum Islam, sehingga pelaksanaan ibadah merupakan penghambaan manusia kepada Allah semata didasari atau sebagai pondasi dalam beribadah.
Senang dan susah bagi seorang mukmin adalah baik, karena dia bisa menyikapinya. Ketika diuji kesenangan, dia bersyukur. Dia gunakan kesenangan itu untuk melakukan ketaatan-ketaatan kepada Allah. Dia bekerja, shalat, zakat, puasa, haji, dan bentuk-bentuk ketaatan lainnya. Demikian pula tatkala ditimpa kesusahan, dia bersabar. Dia jadikan kesusahan sebagai “ladang” untuk menghasilkan ketaatan, sebagai penggugur Dosa, dan sabarnya menjadi langkah Tauhid kepada Allah SWT dan tercatat sebagai nilai Ibadah dan berpahala.
“Sangat mengagumkan keadaan seorang mukmin, karena segala keadaannya untuk ia sangat baik. Dan tidak mungkin terjadi demikian kecuali bagi seorang mukmin. Jika mendapat nikmat ia bersyukur, maka syukur itu lebih baik baginya. Dan bila menderita kesusahan dia sabar, maka kesabaran itu lebih baik baginya.” (HR. Muslim)
Jangan Terpukau dengan gemarlap Dunia,
Seolah orang-orang kafir memberi pesan pada kaum Muslim bahwa tanpa menyembah Allah mereka bisa memperoleh kekayaan, pangkat dan jabatan. Orang-orang kafir senantiasa berupaya untuk melemahkan keimanan dan ketakwaan orang Muslim. Mereka senang mengolok-olok orang-orang Muslim dengan memamerkan harta kekayaan yang mereka miliki untuk maksud menjatuhkan orang muslim.
Maka Allah Subahanahu wa Ta’ala memberikan jawaban atas pernyataan orang-orang kafir itu. Allah berfirman:
وَكَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِنْ قَرْنٍ هُمْ أَحْسَنُ أَثَاثًا وَرِئْيًا
Berapa banyak umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka, sedang mereka adalah lebih bagus alat rumah tangganya dan lebih sedap dipandang mata (Alquran surat Maryam ayat 74).
وَلِمُسْلِمٍ: «رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا».
Dalam riwayat Muslim disebutkan, “Dua rakaat sunnah Fajar lebih baik daripada dari dunia dan seisinya.” (HR. Muslim, no. 725)
Allah SWT meneguhkan kepada kaum Muslimin. Bahwa orang-orang kafir yang sesat akan berada semakin dalam pada kesesatannya, semisal dengan ditambahkan kekayaannya sehingga semakin kufur. Sehingga ketika kiamat, orang-orang kafir yang mengagung-agungkan kekayaannya,pangkat dan jabatannya itu akan mengetahui hal itu semua tidak berguna. Dan betapa rendah dan hiannya mereka pada hari kiamat serta tidak ada satu pun penolong mereka.
Semoga Bermanfaat
Nashrun Min Allah wa Fathun Qoriib
wabasyiril Mu’minin
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.