Kultum Dzuhur disampaikan oleh Ustadz Muhammad Fadillah,M.Pd.
Tema : Ukuran Kemuliaan seseorang adalah Karena Ketaqwaan
Surat Al-Hujurat Ayat 13
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أَوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ.
رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam. Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya. Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya
Hadirin Jama’ah Sholat Dzuhur yang berbahagia
Kalau kita membaca, kisah para nabi dan rosul didalam ensiklopedia, disitu kita kan Banyak sekali kita akan menemukan kisah yang dapat menginspirasi kita diantaranya kisah nabi Nuh sebagai Bapak Moyangnya manusia dan Nabi Adam Kakek moyangnya manusia.
Nabi Nuh disebut juga “bapak seluruh manusia” (أبو البشر/ Abul Basyar) selain Nabi Adam, karena semua manusia setelah kejadian banjir di zaman Nabi Nuh adalah anak keturunan beliau. Banjir Nabi Nuh terjadi di seluruh dunia sehingga tidak ada manusia yang selamat kecuali yang berada di atas kapal bersama nabi Nuh.
Seluruh orang kafir yang tidak beriman di muka bumi akan terkena banjir sehingga tidak tersisa sedikit pun, sebagaimana doa nabi Nuh:
وَقَالَ نُوحٌ رَبِّ لا تَذَرْ عَلَى الأرْضِ مِنَ الْكَافِرِينَ دَيَّارًا
“Nuh berkata: “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi” (Nuh : 26).
Semua yang tersisa di bumi yaitu yang tidak naik perahu nabi Nuh tenggelam. Allah berfirman,
فَأَنْجَيْنَاهُ وَمَنْ مَعَهُ فِي الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ * ثُمَّ أَغْرَقْنَا بَعْدُ الْبَاقِينَ
“Maka Kami selamatkan Nuh dan orang-orang yang besertanya di dalam kapal yang penuh muatan. Kemudian sesudah itu Kami tenggelamkan orang-orang yang tersisa.” (Asy-Syuara 119-120).
Nabi Nuh as memiliki 4 putra diantara Yafet,Sam, Ham dan Kan’an, yang tersisa 3 (orang) yang tersebar kebenua Eropa, Asia dan Afrika sedangkan Kan’an ia Allah SWT tenggelam karena telah Durhaka kepada Ayah sekaligus Nabiyullah Nuh as.
Putra tertua Nabi Nuh, yaitu Yafet, memutuskan untuk bermigrasi ke arah timur. Kelompok putra Nuh yang lainnya sebagian bergerak ke arah tenggara menuju kawasan India yakni ia adalah Sam,
Kelompok lainnya bergerak menuju ke arah barat daya menuju ke Afrika ia adalah Ham, Dari sana mereka terus ke arah utara dan membangun peradaban.
Putra Nabi Nuh yang termuda yang selamat, yaitu Ham beserta istri dan keluarganya, bergerak menuju ke arah selatan, lalu memutuskan menetap di selatan Irak setelah permukaan bumi sudah mengering dan terlihat hamparan tanah subur yang sangat luas di sana.
Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wa an-Nihayah mengatakan miliaran manusia di dunia ini sekarang, jika dirunut nasabnya, akan berujung pada ketiga anak nabi Nuh ini.
Hadis Rasulullah SAW dari Imam Ahmad meriwayatkan, “Sam adalah moyang Arab, Ham adalah moyang Habsyah, dan Yafet adal moyang Rum.”
Rum yang dimaksud di sini adalah bangsa Romawi awal, yang berarti adalah orang-orang Yunani yang nasabnya terlacak hingga kepada Rumi bin Labthi bin Yunan bin Yafet bin Nuh.
Bukti bahwa nenek moyang manusia sekarang adalah para putra nabi Nuh tersirat pada tafsir Alquran dalam surah as-Shaffat ayat 77, “Dan Kami jadikan anak cucunya orang-orang yang melanjutkan keturunan.” Hal ini ditegaskan lagi dengan Firman Allah pada surah al-Isra ayat 3: “(yaitu) anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh.”
Bangsa-bangsa dengan peradaban besar di dunia pun jika dilacak akan terlihat bahwa mereka semua adalah keturunan Nabi Nuh. Dari nasab tersebut, kita bisa mendeskripsikan bahwa Yafet menjadi keturunan bangsa Turki, dari anaknya yang bernama Turk.
Berbagai ras yang berada di dalamnya, misalnya Qabjaq, Tatar, dan Khazlajiah atau yang dikenal sebagai bangsa Ghuz (kushan) yang mendiami negeri al-Shafd merupakan keturunan Turk bin Yafet Bin Nuh. Begitu juga dengan ras Ghor, Elan, Syarkes, Azkesy, dan Rusia.
Sehingga dengan berjalannya waktu, manusia semakin banyak dan semakin beragam, ada yang berkulit Putih,Hitam dan sawo matang, biasanya kalau orang yang berada di daerah dingin warna kulitnya putih, jika didaerah Panas kulitnya Hitam dan jika di iklim yang hangat seperti Indonesia ini kulit rata-rata sawo matang,
Siapa yang lebih Mulia dihadapan Allah SWT dari para keturunan anak cucunya Nabi Nuh as tersebut? Apakah dari Keturunan Yafet,Sam atau Ham?
Jawabannya adalah: Kemuliaan Manusia terletak pada Ketaqwaannya kepada Allah SWT.
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.
Jika kita melihat dan menyaksikan Podcast dari habib husein ja’far dengan salah seorang tokoh Muhammadiyah yang diundang, dengan pertanyaan bagaimana warga persyarikatan Muhammadiyah Memuliakan tokoh dari Muhammadiyah itu sendiri?
Jawabannya adalah: Kami menghormati dan memuliakan tokoh Muhammadiyah sepatutnya harus menghormati dan sepantasnya menghormati mereka, dengan tidak berlebihan apalagi Ghuluw.
Walaupun ada dari beberapa para penuntut ilmu yang menganggap ngala atau mendapatkan berkah, salah satunya melalui Air minum dari atau bekas diminum oleh seorang yang dianggap kiai atau ustadz, atau ciuman tangan dengan membulak balikan tangan tokoh tersebut, dimuhammadiyah tidak ada.
Walaupun juga ada berbagai perdebatan bahwa para waliyullah, para habaib, yang Nasabnya sampai kepada Rosulallah SAW, dimuhammadiyah ini tidak terlalu dimunculkan, karena dikwatirkan ketika terus di lakukan dengan berbagai generasi setelahnya akan ada Rasa Membanggakan diri bahkan masuk pada bangga terhadap diri sendiri sebagai keturunan Nabi contohnya, padahal perintahnya adalah menjadi orang yang bertaqwa. Maka dimuhammadiyah walaupun ia keturunan nabi biasa saja dan dihormati dengan sepantasnya.
Maka dari sini Kita paham, bahwa kemuliaan seseorang bukan karena ia tokoh atau ditokohkan, jabatan yang tinggi dan harta yang banyak, tetapi ketaatan dan beramal sholih yang ia lakukan dan berbuah Taqwa, itulah manusia yang mulia. sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S Al Hujurot ayat 13
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal
Semoga bermanfaat
Nashrun min Allah wa fathun qoriib
Wabasyiril mu’minin
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barokatuh