Kultum Dzuhur disampaikan oleh Ustadz Dr. H. Sumardi,MT
Tema : Sholat adalah Oleh-Oleh dari Isro’ Mi’roj
Surat Al-Isra’ Ayat 1
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Nabi Muhammad SAW mendapat perintah dari Allah SWT untuk menjalankan sholat lima waktu.peristiwa Isra miraj adalah dua perjalanan Nabi Muhammad SAW yang terjadi dalam satu malam, yakni pada 621.Umat Islam memperingati Isra Miraj setiap tanggal 27 Rajab tahun Hijriah.
Dalam bahasa Arab, Isra berarti perjalanan di malam hari, sementara Miraj adalah kenaikan. Isra Miraj merupakan perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Masjid Al Aqsa di Yerusalem.Kemudian Nabi Muhammad SAW dinaikkan ke langit ketujuh atau Sidratul Muntaha.Isra Miraj kerap dimaknai sebagai perjalanan rohani Nabi Muhammad SAW dalam satu peristiwa.
Allah SWT ingin menghibur Nabi Muhammad yang memang ketika itu sedang berduka. Dalam waktu bersamaan, beliau ditinggal dua sosok yang paling dicintainya yaitu Khadijah istri Nabi SAW dan paman sekaligus pelindungnya Abu Thalib.
Kesedihan Nabi SAW bertambah karena hingga akhir hayatnya sang paman tak juga mengucapkan syahadat. Sosok yang sangat dicintainya itu masih mengakui kepercayaan suku Quraisy terdahulu.Tahun kesedihan itu disebut ‘Amul Al-Huzni atau kadang ditulis ‘Amal Huzni.
Karena tekanan di Makkah semakin kuat setelah meninggalnya orang yang berpengaruh yang selama ini melindungi Nabi Muhammad SAW yakni paman beliau. maka pada bulan Syawal tahun kesepuluh kenabian itu juga Nabi Muhammad SAW, ditemani oleh Zaid ibn Haritsah, putera angkat beliau pergi ke Thaif.Nabi menyeru mereka untuk masuk Islam,Nabi berada di Thaif selama 10 hari dan secara intensif mendatangi para pemuka masyarakat Thaif satu persatu, tapi tidak seorangpun yang mau menerima seruan Nabi. Semuanya mengusir Nabi dari Thaif.Akhirnya Nabi dan Zaid pergi meningalkan Thaif dengan kecewa,menjelang keluar meninggalkan Thaif.
Mereka mengerumuni Nabi dan membentuk dua barisan dan mulai melempari beliau dengan batu sambil terus mencerca. Satu lemparan menggenai tumit beliau sehingga terompah beliau berlumuran darah.
Sementara itu Zaid ibn Haritsah berusaha membentengi Nabi sampai kepalanya bacor kena lemparan batu.
Orang-orang jahat itu terus melempari Nabi sampai beliau berhasil masuk ke dalam kebun kurma milik Utbah dan Syaibah, dua orang putera Rabi’ah. Lokasi kebun itu dari kota Thaif berjarak 3 mil.
Di kebun itulah Nabi bersembunyi menyelamatkan diri sampai yang melempari beliau berlalu. Nabi kemudian duduk bersandar ke sebatang pohon anggur. Setelah tenang Nabipun bermunajat dengan Allah:
اللهم إليك أشكو ضَعْف قُوَّتِى، وقلة حيلتى، وهوإني على الناس، يا أرحم الراحمين، أنت رب المستضعفين، وأنت ربي، إلى من تَكِلُنى ؟ إلى بعيد يَتَجَهَّمُنِى ؟ أم إلى عدو ملكته أمري ؟ إن لم يكن بك عليّ غضب فلا أبالي، ولكن عافيتك هي أوسع لي، أعوذ بنور وجهك الذي أشرقت له الظلمات، وصلح عليه أمر الدنيا والآخرة من أن تنزل بي غضبك، أو يحل علي سَخَطُك، لك العُتْبَى حتى ترضى، ولا حول ولا قوة إلا بك
“Ya Allah, hanya kepada-Mu kuadukan kelemahanku, ketidakberdayaanku, dan kehinaanku di mata manusia. Wahai Dzat Yang Maha Pengasih di antara para pengasih, Engkau adalah Tuhan orang-orang yang lemah dan Engkau adalah Tuhanku. Kepada siapakah akan Kauserahkan diriku? Kepada orang-orang asing yang bermuka masam kepadaku, ataukah kepada musuh yang akan menguasai urusanku? Aku tidak peduli asalkan Engkau tidak murka kepadaku, sebab amat luas afiat-Mu bagiku. Aku berlindung dengan cahaya Dzat-Mu yang menyinari kegelapan dan memperbaiki urusan dunia dan akhirat, dari amarah yang akan Kauturunkan atau murka yang akan Kautimpakan kepadaku. Engkaulah yang berhak menegurku sampai Engkau ridha. Tiada daya dan kekuatan kecuali atas perkenan-Mu.”
Dalam munajat itu Nabi Muhammad SAW menyatakan tidak peduli dengan segala penderitaan yang dialaminya asalkan bukan karena Allah SWT murka kepada beliau. Yang paling dikhawatirkan oleh Nabi adalah apabila semua penderitaan dan penghinaan yang dialami oleh Nabi di Thaif ini adalah karena Allah sudah murka kepada beliau.
Setelah cukup istirahat di kebun putra Ra’biah, Nabi kembali ke Makkah. Beliau meninggalkan Thaif dengan hati luka.
Sesampainya di Qarnul Manazil, Allah mengutus Jibril bersama malaikat penjaga gunung. Jibril memberitahu Nabi bahwa atas izin Allah beliau dapat memerintahkan kepada malaikat penjaga gunung itu untuk menimpakan dua gunung kepada penduduk Thaif yang telah menghina beliau.
Tapi Nabi menolaknya dan menyatakan, “Tapi aku masih berharap dari anak keturunan mereka akan muncul orang-orang yang menyembah Allah saja, yang tidak mempersekutukan-Nya dengan suatu apa pun”. (ar-Rahiq al-Makhtum: 160-161) Dengan datangnya Jibril dan malaikat penjaga gunung itu menawarkan bantuan Nabi menjadi lebih tenang dan tenteram karena adanya pertolongan ghaib yang dikirim oleh Allah SWT.
Terkait perintah shalat, Allah SWT ingin menyampaikan solusi bagi hambaNya yang sedang kesulitan. Lewat salat, seorang muslim bisa mengadu dan memohon pertolongan atas kondisi yang sedang dialami.
“Bahwasanya shalat adalah kunci dari setiap permasalahan. Disanalah sarana terbaik untuk langsung meminta pertolongan, petunjuk serta jalan keluar kepada Allah SWT,”
Shalat sebagai penolong disebutkan dalam QS Al Baqarah ayat 45
وَٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلْخَٰشِعِينَ
Arab latin: Wasta’īnụ biṣ-ṣabri waṣ-ṣalāh, wa innahā lakabīratun illā ‘alal-khāsyi’īn
Artinya: “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu.”
Sekembalinya seseorang dari menempuh perjalanan jauh selalu membawa oleh-oleh untuk keluarga, sanak famili, dan tetangganya. Pun dengan perjalanan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
Beliau membawa oleh-oleh untuk umatnya. Setiap oleh-oleh yang dibawa Nabi pasti memiliki manfaat bagi manusia. Oleh-oleh yang dimaksud adalah perintah shalat lima waktu.
Sungguh merugi orang yang shalat, namun ia tidak dapat merasakan manfaatnya. “Maka, kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (Yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.” (QS al-Maa’un [107]: 4-5).
Di antara manfaat shalat itu, pertama, sebagai pembuka pintu surga. Nabi bersabda, “Kunci surga adalah shalat dan kunci shalat adalah wudhu.” (HR Tirmidzi).
Kedua, sebagai penerang hati. Shalat mendidik jiwa, menajamkan nurani, dan menerangi hati melalui lentera kebesaran dan keagungan. Nabi bersabda, “Shalat itu adalah cahaya penerang bagi seorang Mukmin.” (HR Ibnu Majah).
Ketiga, meraih ketenangan dan kebahagiaan. Seseorang yang mendirikan shalat berarti sedang menghadap Allah secara langsung tanpa perantara.
Dengan keadaan seperti itu, perasaan dekat kepada-Nya menyelimuti jiwa, kebersamaan dengan-Nya memenuhi dada yang diiringi rasa tenteram, percaya diri, dan penuh keyakinan.
Kondisi itu pula yang mengantarkan seseorang untuk sujud dan rukuk dengan penuh khusyuk, seraya memohon pertolongan-Nya.
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang beriman. (Yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya.” (QS al-Mukminun [23]: 1-2).
Keempat, menghapus dosa. Setiap manusia tidak luput dari salah dan dosa. Salah satu sarana untuk menghapus dosa adalah dengan menjaga shalat lima waktu. Nabi bersabda, ”Begitulah seperti halnya shalat lima waktu yang menghapuskan dosa-dosa.” (HR Muslim).
Kelima, mencegah perbuatan keji dan mungkar. Dengan kata lain, menjalankan shalat dengan benar dapat mencegah berbagai bentuk kemungkaran.
Hal ini menunjukkan, shalat dapat mempercantik perilaku dan memperindah diri dengan akhlak mulia. “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.” (QS al-Ankabut [29]: 45).
Dalam hadis Nabi disebutkan, ”Barang siapa yang mendirikan shalat tetapi dirinya tidak terhindar dari perbuatan keji dan munkar maka hakikatnya dia tidak melaksanakan shalat.” (HR Thabrani).
Keenam, menjadi pembeda antara Mukmin dengan kafir. Nabi bersabda, “Sesungguhnya batas antara seseorang dan kemusyikan dan kekafiran adalah meninggalkan shalat.” (HR Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
Dalam hadis lain, “Kesepakatan yang mengikat kita dengan mereka adalah shalat. Barang siapa yang meninggalkan shalat berarti telah kafir.” (HR Nasai, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
Karena itu, kewajiban shalat tidak akan pernah lepas dari seorang Muslim. Ia tidak dapat gugur hanya karena sakit atau bepergian. Di mana pun seorang Muslim berada, ia tetap berkewajiban mendirikan shalat.
“Dan, bumi ini dijadikan untukku baik dan suci sebagai tempat bersujud. Jika waktu shalat datang pada setiap umatku, hendaknya ia mendirikannya di manapun ia berada.” (HR Bukhari dan Muslim).
Dari kisah tersebut hal yang harus dicermati dan harus digaris bawahi bahwa tidak hanya kita seorang nabi pun dalam berdakwah menghadapi masalah, ujian dan tantangan, untuk dapat meraih kemenangan surganya tentu harus diuji terlebih dahulu Sebagaimana firman Allah SWT dalam Qur’an Surat Surat Al-Baqarah Ayat 214
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۖ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّىٰ يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَىٰ نَصْرُ اللَّهِ ۗ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.
Fitrah sebagai manusia dalam mengembang amanah didunia ini adalah menanamkan kebaikan, tetapi dalam perjalanannya tentu tidak mulus, akan ada cobaan, sebagaimana sekolah ada ujian, dan para nabi pun diberikan ujian, seperti Nabi Ibrohim as sampai dibakar, Nabi Zakaria as lama diberikan keturunan, Nabi Musa as ingin bertemu dengan Allah SWT dan menghadapi Fir’aun. Semuanya Harus diteladani dan tiru untuk kita berhasil hidup didunia dan diakhirat
Dalam era kehidupan saat ini di teknologi yang kita genggam baik HP smartphone maupun lainnya jika terdapat posting hoax, Saling mencela hal yang demikian bukanlah perbuatan yang baik, marilah kita meneladani Rasulullah SAW, Walaupun di Vera tetap baik, walaupun di kampung Thoif dianiaya tetap memaafkan, Islam hadir sebagai Rohmatan lil’alamin untuk hidup yang lebih baik, Jadikan Sabar dan sholat jadi penolong, marilah kita bersandar hanya kepada Allah SWT untuk kelancaran semuanya, lancar Bekerja, Lancar UMT, Lancar Hidupnya dengan Melaksanakan Sholat tepat Waktu, Do’a, Ikhtiar dan Tawakkal.
Semoga bermanfaat
Nashrun minallah wafathun Qoriib
Wabasyiril Mu’minin
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barokatuh