Home Kultum Jangan bangga dengan amal yang telah kita perbuat

Jangan bangga dengan amal yang telah kita perbuat

774
0

Kultum Dzuhur Disampaikan oleh Ustadz Sutarji,MM

Tema : Jangan bangga dengan amal yang telah kita perbuat

الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya.

Pada suatu masa terdapat ahli ibadah bernama Abu bin Hisyam yang kuat sekali tahajudnya.

Ia selalu mengerjakan sholat tahajjud selama bertahun-tahun lamanya.

Suatu ketika, ia hendak mengambil wudhu. Dan ia cukup kaget melihat ada sosok makhluk di depannya.

Kemudian terjadilah percakapan antara Abu bin Hisyam dengan malaikat sebagai berikut:

Abu: “Wahai hamba Allah, siapakah Engkau?”

Malaikat: Aku Malaikat utusan Allah”.

Abu: Apa yang sedang kamu lakukan di sini?”

Malaikat: Aku disuruh mencari hamba pencinta Allah

Abu: Wahai Malaikat, buku apakah yang engkau bawa? (dikisahkan malaikat tersebut memang membawa buku tebal).

Malaikat: Di dalamnya terdapat kumpulan nama hamba-hamba pencinta Allah.

Abu: Maka ditanyalah kepada Malaikat. “Wahai Malaikat, adakah namaku di situ ?”

Ia tentu saja berharap namanya ada disana. Abu pun menduga namanya terdapat di dalam buku tersebut.

Ia merasa demikian karena merasa sangat rajin beribadah seperti solat tahajud setiap malam, berdo’a dan bermunajat kepada Allah SWT pada sepertiga malam.

Malaikat: Baiklah, biar aku lihat.

Sungguh tak disangkan, nama Abu bin Hisyam tak ada dalam buku tersebut.

-Amalan Dalam Islam Haruslah Seimbang di Semua Aspek
-Mendapati kenyataan tersebut, Abu bin Hisyam tak puas dan tak percaya. Karena itu ia pun menyuruh malaikat kembali mencarinya.

Malaikat: Betul namamu tak ada di dalam buku ini!

Hal itu membuat Abu bin Hisyam menangis luar biasa hingga gemetar dan tersungkur di hadapan malaikat.

Dia menangis dengan tersedan sedu.

Ia tak habis pikir bagaimana bisa dirinya yang merasa sangat rajin beribadah tanpa henti, namun tak membuat malaikat mencatat namanya.

Malaikat pun berkata: “Wahai Abu bin Hisyam! Bukan aku tidak tahu engkau bangun setiap malam ketika yang lain tidur.

Engkau mengambil air wudhu dan menahan kedinginan ketika orang lain terlelap dalam kehangatan buaian malam.

Tapi tanganku dilarang Allah SWT menulis namamu.”

Demikian tutur sang malaikat

Abu: Apakah gerangan yang menjadi penyebabnya?

Mailaikat kembali berkata: “Engkau memang bermunajat kepada Allah, tapi engkau pamerkan dengan rasa bangga ke mana-mana.

Engkau asyik beribadah memikirkan diri sendiri. Sedang di kanan kirimu ada orang sakit, ada orang lapar, ada orang sedang sedih, tidak engkau tengok tidak engkau Kunjungi,tidak dibantu, tidak ditolong engkau sibuk dengan ibadahmu sendiri.

Mereka itu mungkin ibumu, mungkin adik beradikmu, mungkin sahabatmu, malah mungkin juga cuma saudara seagama denganmu, atau mungkin cuma sekadar mereka menjadi tetanggamu.

Tidak engkau peduli pada mereka, kenapa?

Bagaimana mungkin engkau dapat menjadi hamba pencinta Allah kalau engkau sendiri tidak pernah mencintai hamba-hamba yang diciptakan Allah?”

Demikian malaikat tersebut berkata pada Abu bin Hisyam.

Abu bin Hisyam bagai tersambar petir.

Darisana, ia menjadi sadar bahwa hubungan ibadah manusia tidaklah seabatas hanya kepada Allah semata (hablumminAllah).

Tetapi juga juga harus diperhatikan hubungan kepada sesama manusia (hablumminannas) dan juga kepada alam.

Semoga bermanfaat
Nashrun minallah wafathun Qoriib
Wabasyiril Mu’minin
Wassalamu’alaikum Wr Wb

Editor: Komarudin, M.Pd.I

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.