Home Resonansi Bermuhammadiyah Dalam Bingkai Islam

Bermuhammadiyah Dalam Bingkai Islam

847
1

Turizal Husein, MA
Dosen AIKA UMT
___
Tidak terasa sekarang kita telah memasuki berpuasa di hari yang ke-22, dan sebentar lagi Bulan Ramadan akan meninggalkan kita. Walaupun di rumah, semua mempunyai kesibukan masing-masing. Saya sedang menyelesaikan tiga buku satu buku segera diterbitkan, dua buku yang lain dalam proses. Sedikit terbengkelai. Kita seolah olah dibuat sibuk . Pengajian hari ini dengan tema sentral Al-Islam dan Kemuhammadiyahan cukup menarik untuk dijadikan tambahan ilmu sekaligus nilai ibadah, namun amat disayangkan dari kuota 1200 peserta yang disediakan hanya diikuti 169 partisipan. Kemungkin mereka lagi disibukkan dengan berbagai kesibukan pribadi masing-masing.

Dalam kata sambutannya Pak Rektor mengingatkan perlunya kita terus mengaji. Pengajian di era sekarang lebih mudah diikuti dan diakses. Tidak seperti para assabiqul awwalun yang dulu berjuang mendirikan Muhammadiyah di Tangerang. Bermodalkan spirit menimba ilmu kemanapun ada pengajian , sejauh jarak yang ditempuh, dengan bermodalkan sepeda tuanya tetap dijalani dengan rasa senang dan bahagia.

Materi pertama diisi oleh H.M. Nashir, mengusung tema al-Islam. Dengan kepiawaian dan ilmu agama yang beliau sandang. Ketua PDM periode 2000 (saya lupa periodesasi, karena menghindari kata mantan ketua). Banyak mengupas kata dan makna Islam dari berbagai kaidah dalam bahasa arab. Seperti “al-Islam” itu ma’rifah. Kalau “Islam” itu Nakiroh. Sehingga apabila di idhofakan menjadi “dinul al-Islam”. Seanjutnya dengan logat betawi asli, gondrong petir H. Nashir menjelaskan bahwa kata Islam yang dalam terjemahan beberapa literatur berarti selamat jarang kita jumpai di dalam al-Quran. Kecuali kata “addiin”.Diakhir materinya H Nashir mengajak peserta pengajian untuk memanjatkan doa, supaya diatara hidup dan mati kita , selalu di karuniai Allah dengan hidup dan mati dalam keadaan tetap beriman.

Materi kedua disampaika oleh H. Naisan. Ketua PDM periode 2010-2015. Diawal materinya H Naisan menekankan pentingnya belajar dan mengetahui apa itu Muhammadiyah. Ini perlu dilakukan karena di luar sana masih banyak orang-orang yang alergi terhadap Muhammadiyah. Maka dalam setiap kesempatan seperti agenda KKN diharapkan dosen dosen Muhammadiyah berperan aktif mensosialisasikan Muhammadiyah dengan benar dan utuh.

Muhammadiyah lahir karena beberapa faktor yang melatarbelakanginya. Faktor subyektif yang didasari atas kajian Kiai Ahmad Dahlan terhadap surat ali Imran ayat 104, An-Nisa dan Muhammad ayat 24 serta faktor obyektif. Kedua faktor tersebut telah mampu menjadikan eksistensi Muhammadiyah tetap bersinar sampai sekarang. Dalam usianya satu abad lebih Muhammadiyah tidak pernah punya masalah dengan pemerintah. Namun sebaliknya Muhammadiyah selalu dan tetap mengabdi untuk negeri.

Ajaran Kiai Dahlan perlunya memahami ayat ketimbang membaca berjuz-juz namun miskin makna. Perlu kita renungkan kembali. Saat ini banyak siswa bahkan mahasiswa dituntut menghafal dengan waktu yang sudah ditentukan. Dan ini sudah mewabah. Kita mengingat kambali ketika santri Kiai Dahlan meminta pelajaran ngajinya berpindah ke surat yang lain. Kiai Dahlan justru bertanya,”sudah bera ayat yang kalian peraktekkan”. Santri sekolah lain berlomba-lomba nenghatamkan juznya. Sedangkan santri Kiai Dahlan hanya membaca satu surat saja setiap harinya. Disini Kiai Dahlan justru memulai setiap harinya dengan yang sangat fundamental dalam berislam yaitu mematangkan pemahaman konsep dan pengamalan surat al-Maun. Tidak mudah memahami konsep ini, karena ini adalah berislam atau berdinul al-Islam tingkat tinggi dari seorang Kiai Kampung yang namanya telah tercatat di penjuru dunia tentang applied Islam. Islam yang membumi, bukan Islam yang menempel di saraf nueron otak kiri.

Dalam sessi tanya jawab banyak sekalu antusias para penanya. Saya tadinya ingin bertanya, namun tradisi di kampus selalu mengajarkan untuk mendahulukan yang lebih senior. Pertanyaan seorang guru ngaji kampung, Pak Ali Mubin. Ia menanyakan dalam berdinul Islam mana yang terlebih dahulu, beriman atau berislam. Dengan singkat di jawab Beriman dahulu, karena dengan iman yang kita miliki, kita akan mudah menentukan mana yang haq dan mana yang bathil.

“Perjalan hidup memang selalu dihiasi dengan aneka ragam keindahan surgawi. Tapi ingat keindahan surga yang fatamorgana akan menjerumuskan manusia ketepian dosa dan nafsu dunia. Ya Allah melalui mimbar ini, jadikanlah kami insan-insan yang selalu bersyukur.”
___
May. 15.2020

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.