Home Kultum Hidup Manusia tidak Cukup dengan Akal, melainkan dengan Seluruh Potensi (Holistik).

Hidup Manusia tidak Cukup dengan Akal, melainkan dengan Seluruh Potensi (Holistik).

464
0

Kultum Dzuhur disampaikan oleh Ustadz Dr. Milana Abdillah Subarkah,MA

Tema : Hidup Manusia tidak Cukup dengan Akal, melainkan dengan Seluruh Potensi (Holistik).

Q.S Al ‘Arof:179

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيْرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِۖ لَهُمْ قُلُوْبٌ لَّا يَفْقَهُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اٰذَانٌ لَّا يَسْمَعُوْنَ بِهَاۗ اُولٰۤىِٕكَ كَالْاَنْعَامِ بَلْ هُمْ اَضَلُّ ۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْغٰفِلُوْنَ

Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah.


Kita memasuki abad 21, abad modern yang telah banyak melakukan perubahan Distraction 4.0

Distraksi adalah proses mengalihkan perhatian individu atau kelompok dari area fokus yang diinginkan dan dengan demikian menghalangi atau mengurangi penerimaan informasi yang diinginkan.

Gangguan disebabkan oleh: kurangnya kemampuan untuk memperhatikan; kurangnya minat pada objek perhatian; atau intensitas, kebaruan, atau daya tarik yang luar biasa dari sesuatu selain objek perhatian.

Gangguan datang dari sumber eksternal, dan sumber internal. Gangguan eksternal meliputi faktor-faktor seperti pemicu visual, interaksi sosial, musik, pesan teks, dan panggilan telepon.

Ada juga gangguan internal seperti rasa lapar, lelah, sakit, khawatir, dan melamun. Baik gangguan eksternal maupun internal berkontribusi pada gangguan fokus.

Banyak gejala kekacauan, tenaga Manusia tidak diperlukan lagi, cara hidup dan beraktivitas condong meniru, melihat dan mencontoh dari dunia barat maka ini akan terjadinya degradasi dari seluruh aspek.


Dalam hidup bermu’amalah dunia tidak cukup dengan akal pikiran saja tapi menggunakan potensi yang juga seperti Naluri Hati, Jasad, Ruh secara Holistik di libatkan untuk hidup yang berkualitas.


Menurut Seyyed Hossein Nasr kelahiran pada 7 April 1933 di kota Teheran, Iran mengkritik kehidupan modern yakni sains Barat telah kehilangan rujukan transendentalnya karena memisahkan antara sains dengan teologi, atau agama. Dalam pandangan Nasr, akar dari seluruh krisis di dunia modern adalah kesalahan dalam mengkonsepsikan manusia. Peradaban dunia modern yang ditegakkan di atas landasan konsep manusia namun tidak menyertakan hal yang paling esensial bagi manusia itulah yang menjadi penyebab kegagalan proyek modernitas.

Berbeda dengan pandangan barat dalam Islam Ilmu Agama dan Sains beriringan tidak ada pemisahan untuk dapat beradaptasi di jagat raya perlu Iman dan Amal Sholih yakni berkarya dengan sains tidak ada dikotomi, Pendidikan dilakukan dari lahir hingga meninggal dunia, long life education, pendidikan sepanjang hayat dan ini sebuah kewajiban dan bernilai ibadah.

Seyyed Hossein Nasr mengkritik kehidupan modern, mereka lebih mendewakan kebenaran, Desakralisasi,ta’ashshub atau fanatik terhadap golongan, merasa paling benar paling suci, punya pintu surga sendiri, mudah untuk menghakimi.

Fanatik disebut dengan istilah syariat dengan العَصَبِيَّةُ (‘ashabiyah) dan التَّعَصُّبُ (ta’ashshub). Artinya mereka memihak sikap fanatik terhadap suatu golongan dengan mengajak orang lain agar membela golongannya dan bergabung bersamanya dalam rangka memusuhi lawannya baik dalam kondisi terzalimi atau menzalimi. (Lihat Lisanul ‘Arab).

Ta’ashub tidak hanya terbatas pada golongan saja. Terkadang juga terjadi terhadap mazhab, tokoh, kabilah/suku, ataupun yang lainnya. Dan ini merupakan penyakit umat saat ini. Bermula dari taklid secara membabi-buta tanpa memperhatikan nilai-nilai kebenaran yang ada, dan dasar- dasar ilmu. Kebodohan dan hawa nafsu menjadikan Mereka puas dengan prinsipnya.

Degradasi intelegensi yakni mereka tidak pandai mengoptimasi dirinya, padahal bedanya manusia dan makluk lain, yakni manusia menggunakan seluruh potensi naluri, imajinasi, kreativitas, untuk beramal Sholih.

Manusia yang rugi adalah mereka yang tidak mampu mengoptimasikan potensi semua dan mengikuti hawa nafsu syaitan dan mendominasi hanya akal saja, padahal banyak potensi lain yang harus di aktualisasikan agar hidup selamat dunia dan akhirat.

Dalam Gerakan Tajdid Pendidikan Muhammadiyah akan tercetak Intelektual yang Ulama dan Ulama-ulama yang Intelek. Karena mengaplikasikan metode pendidikan yang Kognitif, Afektif dan Psikomotorik sehingga menjadi Kader yang mampu menebarkan ilmu yang Amaliyah dan Amal yang ilmiah.

Semoga bermanfaat
Nashrun minallah wafathun Qoriib
Wabasyiril Mu’minin
Wa’alaikumsalam warahmatullahi wa barokatuh

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.