Home Kultum 5 (Lima) Komponen Ikhlas

5 (Lima) Komponen Ikhlas

571
0


Kultum Dzuhur disampaikan oleh Dr. Milana Abdillah Subarkah,MA

Tema : 5 (Lima) Komponen Ikhlas

Surat Al-Bayyinah Ayat 5

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ


Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus

Hadirin jama’ah sholat Dzuhur yang dimuliakan oleh Allah SWT

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, kita disibukan rutinitas, yang sudah menjadi situasi sering kita lakukan seperti bekerja, berdagang, beribadah, menjemput nafkah, semua yang dilakukan lakukan akan berkualitas, jika dilakukan secara ikhlas, itu kunci amalan yang akan diterima dan disisi Allah SWT segala amalan yang baik dengan taqwa dan diridhoi-Nya.

Dalam Al Qur’an terdapat Nama surat Al ikhlas, tetapi tidak akan kita ikhlas dalam surat tersebut, tetapi makna yang dalam ya g tersirat bahwa beribadah,bertaqqotublah dalam segala aktivitas hanya ditujukan kepada Allah SWT sebagai tempat bergantung.

Jangan sampai amal ibadah bukan karena Allah SWT, maka hal itu akan sia sia, tidak berpahala, tidak berefek, berbeda jika kita niatkan karena Allah SWT. Dalam Firman-Nya Surat Al-Bayyinah Ayat 5

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ


Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus



Kita diperintahkan untuk beribadah dan beramal Sholih dengan penuh keikhlasan, terkadang kata ini mudah di ucapkan sulit diimplementasikannya, tetapi kita harus sekuat tenaga meluruskan niat dan melakukannya agar selamat dunia dan akhirat.

Ada sebuah pertanyaan:

Apa itu arti ikhlas ?

Kenapa harus kita harus ikhlas ?


Apa itu ikhlas ?

Kata ikhlas merupakan masdar dari kata آخلص yang berarti murni, bersih, jernih, selamat, memisahkan diri, dan pembersihan sesuatu.

Menurut Hamka, ikhlas adalah bersih dan tidak adanya campur tangan suatu apapun. Sedangkan menurut Abu Thalib al-Makki, ikhlas adalah pemurnian agama dari hawa nafsu dan perilaku menyimpang, pemurnian amal dari bermacam-macam penyakit dan noda yang tersembunyi, pemurnian ucapan dari kata-kata yang tidak berguna, dan pemurnian budi pekerti dengan mengikuti apa yang dikehenaki oleh Allah SWT.


Manusia yang menjalan ibadah baik ibadah Mahdhoh maupun ibadah ghoiru Mahdhoh mencari pujian, sanjungan bahkan penghormatan karena hal tersebut sesuatu ibadah yang bercampur riya, sehingga hal itu tidak jernih lagi, sejatinya ikhlas adalah murni beribadah untuk menggapai Ridho Allah SWT.


Menurut Imam Al- Ghazali : ikhlas yaitu melakukan segala sesuatu dengan disertai niat untuk mendekatkan diri kepada Allah dari segala bentuk ketidakmurnian selain taqarub illallah.

Menurut al-Qusyairi:

Ikhlas adalah penunggalan al-Haqq dalam mengarahkan semua orientasi ketaatan. Dia dengan ketaatannya dimaksudkan untuk mendekatkan diri pada Allah semata tanpa yang lain, tanpa dibuat-buat, tanpa ditujukan untuk makhluk, tidak untuk mencari pujian manusia atau makna-makna lain selain pendekatan diri pada Allah.


Keutamaan ikhlas :

Sebagaimana Imam al-Ghazali dalam Ihya Ulumiddin-nya pernah berkata: “Manusia pada hakikatnya mati, kecuali orang yang alim. Orang yang alim walaupun hidup pada hakikatnya tidur, kecuali orang yang mengamalkan ilmunya. Orang yang mengamalkan ilmunya banyak yang tertipu, kecuali orang yang ikhlas”.

Belajar, bersabar dan berdoa, ada indikator lain yang perlu diperhatikan dalam menuntut ilmu dan beramal yakni ikhlas.

Tepat apa yang dikatakan oleh Imam Ghazali, ikhlas adalah kunci utama dalam menuntut berilmu dan beramal Sholih dan menjadi tolak ukur seberapa tinggi kemuliaan Seorang yang dimiliki dari keikhlasan yang murni. Tanpa ikhlas, upaya belajar, bersabar, dan berdoa yang telah dilakukan tidak akan ada artinya. Ikhlas juga merupakan sebab kemuliaan ilmu yang dimiliki manusia di mata Allah SWT.

Pengamalan apapun itu, jika ingin baik, maka syarat ketentuan berlaku, syarat utamanya harus ikhlas.

5 (Lima) komponen ikhlas diantaranya yakni:
1. Zuhud
adalah meninggalkan sesuatu yang di kasihi dan berpaling dari padanya kepada sesuatu yang lain, yang lebih baik daripadanya, karena itu sikap seseorang yang meninggalkan kasih akan dunia karena mengigihkan sesuatu didalam akhirat itulah yang dikatakan zuhud.

Pengertian Zuhud ada 3 (Tiga) macam, yaitu:
(a) Meninggalkan sesuatu karena mengigihkan sesuatu yang lebih baik daripadanya,
(b) Meninggalkan keduniaan karena mengharapkan sesuatu yang bersifat keakhiratan, dan
(c) Meninggalkan segala sesuatu selain Allah karena mencintai-Nya.


2. Waro’
Kondisi kesholehan menghindari subhat dan kemaksiatan, meninggalkan segala sesuatu yang tidak jelas atau belum jelas hukumnya (syubhat), hal ini berlaku pada segala hal atau aktivitas kehidupan manusia, baik yang berupa benda maupun perilaku, seperti makanan, minuman, pakaian, pembicaraan, perjalanan, duduk, berdiri, bersantai, bekerja dan lain-lain. Di samping meninggalkan segala sesuatu yang belum jelas hukumnya, dalam tradisi warak juga berarti meninggalkan segala halal yang berlebihan, baik berwujud benda maupun perilaku, lebih dari itu juga meninggalkan segala hal yang tidak bermanfaat atau tidak jelas manfaatnya disebut wara’

3.Bersyukur,
adalah bersyukur dan berterima kasih kepada Allah swt, lega, senang dan menyebut nikmat yang diberikan kepadanya dimana rasa senang, lega itu terwujud pada lisan, hati maupun perbuatan, berterima kasih kepada Allah swt tanpa batas dengan sungguh-sungguh atas segala nikmat dan karunianya dengan ikhlas serta mentaati apa yang diperintahkannya.

4. Sabar,
merupakan bentuk pengendalian diri atau kemampuan menghadapi rintangan, kesulitan menerima musibah dengan ikhlas dan dapat menahan marah, titik berat nurani (hati). Sabar adalah pilar kebahagiaan seorang hamba, dengan kesabaran itulah seorang hamba akan terjaga dari kemaksiatan, konsisten menjalankan ketaatan, dan tabah dalam menghadapi berbagai macam cobaan.

Sabar adalah sikap menahan diri dan membawanya kepada yang diperintahkan oleh Allah dan akal serta menghindarkannya dari apa yang dibenci keduanya. Jadi, sabar ialah suatu kekuatan, daya positif yang memotivasi jiwa, hati, akal, memotorik indra dan fisik untuk menunaikan kewajiban dan suatu kekuatan (daya) preventif yang dapat menghalangi seseorang untuk melakukan kejahatan dan kerusakan.

Sabar adalah menahan diri dari dorongan hawa nafsu demi menggapai keridaan Tuhannya dan menggantinya dengan bersungguh-sungguh menjalani cobaan-cobaan Allah swt terhadapnya. Sabar dapat didefinisikan pula dengan tahan menderita dan menerima cobaan dengan hati rida serta menyerahkan diri kepada Allah swt setelah berusaha. Selain itu, sabar bukan hanya bersabar terhadap ujian dan musibah, tetapi juga dalam hal ketaatan kepada Allah swt yaitu menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Sabar terbagi tiga macam, yaitu sebagai berikut.

A. Sabar dari maksiat, artinya bersabar diri untuk tidak melakukan perbuatan yang dilarang agama, untuk itu, sangat dibutuhkan kesabaran dan kekuatan dalam menahan hawa nafsu,

B. Sabar karena taat kepada Allah swt artinya sabar untuk tetap melaksanakan perintah Allah swt dan menjauhi segala larangan-Nya dengan senantiasa meningkatan ketakwaan kepada-Nya, dan

C. Sabar karena musibah, artinya sabar cobaan dari Allah SWT.

5. Tawakkal
Tawakal berarti berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan, atau menanti akibat dari suatu keadaan. Tawakal adalah suatu sikap mental seorang yang merupakan hasil dari keyakinannya yang bulat kepada Allah, karena di dalam tauhid ia diajari agar meyakini bahwa hanya Allah yang menciptakan segala-galanya, Dia yang menguasai dan mengatur alam semesta ini, keyakinan inilah yang mendorongnya untuk menyerahkan segala persoalannya kepada Allah, hatinya tenang dan tenteram serta tidak ada rasa curiga, karena Allah Maha Tahu dan Maha Bijaksana

Tawakal tidak didapati kecuali sesudah mengimani empat hal yang merupakan rukun-rukun tawakal, yaitu:
a) Beriman bahwa Allah Maha Mengetahui segala apa yang dibutuhkan oleh si muwakil;

b) Beriman bahwa Allah Maha Kuasa dalam memenuhi kebutuhan muwakil;

c) Beriman bahwa Allah tidak kikir;

d) Beriman bahwa Allah memiliki cinta dan rahmat kepada muwakil.


Inilah hal-hal yang jadi perhatian kita semua, supaya amal ibadah kita diterima maka harus ikhlas kepada Allah SWT,


Kenapa kita harus ikhlas ?

Supaya menjalani kehidupan ini , baik jiwa dan raga dirasakan ketenangan, Damai dan bahagia, walau diuji, di fitnah dan bahkan dicaci, semua itu tidak berpengaruh, karena fokus dan tujuan hidup kita meraih keridhoan Allah SWT dengan cara meluruskan niat dan membaguskan Amal dengan cara menanamkan keikhlasan.


Semoga bermanfaat
Nashrun min Allah wa fathun qoriib
Wabasyiril mu’minin
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barokatuh


LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.