Kultum Dzuhur disampaikan oleh Ustadz H. Syamsuri,Lc.,MA
Tema : 4 (Empat) Hakikat Do’a untuk kita dan Generasi.
(Jangan Takut tidak dido’akan oleh saudara Seiman, Takutlah Tidak masuk Kategori Orang Beriman ! )
Surat Al-Hasyr Ayat 10
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang”.
Hadirin, jama’ah Sholat Dzuhur yang dirahmati Allah SWT,
Do’a yang terbaik adalah doa yang dipanjatkan oleh Nabi Muhammad saw. Mengikuti dan membaca doa sebagaimana yang beliau ajarkan, merupakan bentuk meneladaninya.
Do’a merupakan salah satu jalan dan pola yang harus dipahami manusia sebagai hamba dari Sang Pencipta, Adanya doa itu diharapkan dapat menyadarkan manusia untuk selalu mengingat Allah sebagai tempat meminta ampunan dan pertolongan, manusia diciptakan memiliki macam kelemahan.
Do’a memiliki kedalaman rohani terhadap nilai nilai ketauhidan dan aqidah islam yang kuat karena doa merupakan penjabaran tauhid dalam,doa nyatanya sudah diamalkan oleh umat-umat terdulu. Bahkan, nabi dan rasul mempercayai doa yang mereka panjatkan terbukti terkabul setelah mereka berserah diri dan memohon pertolongan kepada Allah.
Sebuah Do’a itu tidak akan sampai bila manusia tidak mampu membangun hubungan yang baik antara Dirinya dan Tuhan yang menciptakannya yakni Allah SWT.
Berikut ini adalah 4 (Empat) Hakikat Do’a diantaranya:
1. Do’a sebagai sarana mengajukan Permohonan agar mendapatkan Ampunan (Maghfiroh) dari Allah SWT,
Hendaklah Do’a yang kita panjatkan tertuju kepada Allah SWT dengan mengharapkan Ampunan, seperti Do’a yang dipanjatkan oleh Nabi Adam as,
Berikut Do’a Nabi Adam as untuk memohon ampun kepada Allah SWT:
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.”
2. Mendo’akan kebaikan orang-orang beriman sebelumnya yang telah mendahului kita, adalah keluhuran Islam, yang merupakan cermin dari ajarannya untuk saling mendoakan kebaikan satu sama lain,
Mari kita mendo’akan orang beriman sebelum kita, para Ulama dengan perjuangannya, para orang alim kita berdo’a untunya, karena kebaikkan untuk kita, dan akan berbalik kepada kita,
Qur’an surat Al Isra ayat ke 7
اِنْ اَحْسَنْتُمْ اَحْسَنْتُمْ لِاَنْفُسِكُمْ ۗوَاِنْ اَسَأْتُمْ فَلَهَاۗ فَاِذَا جَاۤءَ وَعْدُ الْاٰخِرَةِ لِيَسٗۤـُٔوْا وُجُوْهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوْهُ اَوَّلَ مَرَّةٍ وَّلِيُتَبِّرُوْا مَا عَلَوْا تَتْبِيْرًا
Artinya : Jika berbuat baik, (berarti) kamu telah berbuat baik untuk dirimu sendiri. Jika kamu berbuat jahat, (kerugian dari kejahatan) itu kembali kepada dirimu sendiri
Ketika melantunkan Do’a ini,
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
berbicara generasi yang akan datang, bicara generasi kita, anak cucu kita,
kita tidak ingin generasi tidak melantunkan ayat ini, sehingga tidak mendoakan orang terdahulu, ini hajat kita semua,
Mereka para orang tua mengamanahkan putra putrinya kepada lembaga pendidikan dan agar anaknya mendoakannya dan anaknya menjadi orang yang Sholih dan Sholihah menjadi Insan bertaqwa,
3. Jangan Takut Nama kita tidak disebut dalam Do’a,
Ketika saudara muslim dan mukmin melantunkan Do’a, jangan kwartir nama kita tidak disebut karena sudah otomatis kita saudaranya, tapi takutlah kita bukan dan tidak termasuk kategori serta tidak benar-benar menjadi orang muslim dan orang yang beriman,
Takutlah kita tidak termasuk orang beriman, karena Khotib pun dalam hari besar umat Islam yakni hari Jum’at tidak pernah memanggil nama tetapi memanggil orang yang beriman.
Takutlah kalau kita tidak termasuk golongan orang beriman
Karena jika orang beriman akan mendapatkan Do’a dari para saudara seimannya sehingga hidupnya selalu dalam lindungan dan keberkahan Allah SWT.Amin
Q.S 49:10
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.
Jika kita masuk golongan dan kategori orang beriman, maka generasi yang akan datang akan akan membaca do’a seperti doa yang kita baca, dan saling mendo’akan.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
4.Berdo’alah agar hati ini jangan sampai memiliki rasa kedengkian pada orang beriman,
Sifat dengki terhadap kebenaran merupakan musuh dan penyakit yang harus dihilangkan,
Dalam Musnad Imam Ahmad dari hadits Anas radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَا يَسْتَقِيمُ إِيمَانُ عَبْدٍ حَتَّى يَسْتَقِيمَ قَلْبُهُ ، وَلَا يَسْتَقِيمُ قَلْبُهُ حَتَّى يَسْتَقِيمَ لِسَانُهُ
“Tidaklah istiqomah iman seorang hamba sampai istiqomah hatinya, dan tidaklah istiqomah hatinya sampai istiqomah lisannya.” (HR. Imam Ahmad, dinilai hasan oleh Syaikh Al-Albani).
Tetaplah berhati-hati terhadap Hati, ucapkan, karena berpegaruh pada tindakan dan kehidupan kita.
Ulama ada yang menyatakan:
المرءُ بأصْغَريْه : قلبِه ولسانِه
“Seorang hamba tergantung kepada dua anggota tubuh terkecilnya, yaitu: hati dan lisannya”.
Hati adalah sekerat daging yang kecil sekali, lisanpun juga sepotong daging yang kecil sekali, akan tetapi keistiqomahan seorang hamba amat dipengaruhi oleh dua anggota tubuh terkecilnya ini!
Apabila hati dan lisan seorang hamba lurus, maka akan lurus anggota tubuh lainnya. Seluruh anggota tubuh mengikuti hati dan lisan! Keistiqomahan hati dan lisan membuahkan keistiqomahan anggota tubuh lainnya.
Semoga bermanfaat
Nashrun minallah wafathun Qoriib
Wabasyiril Mu’minin
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barokatuh