Home Kultum 2 ( Dua ) Akhlaq yang harus dijaga

2 ( Dua ) Akhlaq yang harus dijaga

56
0

Kultum Dzuhur Disampaikan oleh Dr. Milana Abdillah Subarkah,MA

Tema : 2 ( Dua ) Akhlaq yang harus dijaga

 

Al-Hadid · Ayat 4

هُوَ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ فِيْ سِتَّةِ اَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوٰى عَلَى الْعَرْشِۚ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِى الْاَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاۤءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيْهَاۗ وَهُوَ مَعَكُمْ اَيْنَ مَا كُنْتُمْۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌۗ ۝٤

Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa. Kemudian, Dia berkuasa atas ʻArasy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar darinya serta apa yang turun dari langit dan apa yang naik ke sana. Dia bersamamu di mana saja kamu berada. Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.

Jamaáh Sholat Dzuhur yang dimuliakan oleh Allah SWT

Agama Islam terdiri dari beberapa aspek pokok Ajaran yang terdiri dari Aqidah, Ibadah, Muámalah dan Akhlaq yang kesemuanya saling berkaitan, ibarat sebuah pohon Aqidah adalah akarnya, batangnya Ibadah, Cabang dan rantingnya adalah muámalah dan Buahnya adalah Akhlaq. Maka buah yang didapat tergantung pada Bibit, bebet dan bobot yang berkualitas. Artinya seorang muslim yang yang akhlaqnya baik akan didasari dari aqidah, ibadah dan muamalah yang baik dan benar maka hasilnya akan berkualitas.

 

Ibarat sebuah Tanaman jika ingin mendapatkan buah yang manis maka harus betul-betul dijaga mulai dari pemilihan bibit,perawatan, pemupukan sampai pada hasil akhir pemanenan. Buah adalah manisfestasi dari akhlaq yang baik.

 

Akhlak merupakan salah satu dasar ajaran Islam yang memiliki kedudukan yang sangat penting. Kata akhlak berasal dari bahasa Arab yang berarti tabiat, perangai dan kebiasaan.  Dalam hadis dari Abu Huraurah r.a., ia berkata Rasulullah SAW bersabda: Artinya: “sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.” (HR. Al-Baihaqi).

 

Kata akhlak atau khuluq secara bahasa berakar dari kata yang sama dengan kata Khaliq (pencipta) dan Makhluq (yang diciptakan). Prof. Yunahar Ilyas rahimahullah menjelaskan bahwa kesamaan akar kata tersebut mengisyaratkan adanya keselarasan dan keterpaduan antara perilaku makhluk (manusia) dan kehendak Khaliq (Allah). Sementara Ibnu Manzur dalam lisanul ‘arab mengartikan Akhlaq/khuluq dengan ad-diin (agama).

 

Jamaah yang dirahmati Allah

 

Dengan adanya makna di atas, Akhlak seakan-akan dijadikan pondasi dalam membangun tegaknya agama ini. Islam ini akan rusak apabila akhlak umat Islam juga rusak.  Di antara kerusakan itu misalnya, Maraknya Korupsi di kalangan Pejabat, praktik riswah yang membudaya, kemaksiatan di mana- mana, perselingkuhan yang marak terjadi, istri mengkhianati suaminya atau suami mengkhianati istrinya.

 

2 (Dua) akhlaq yang harus di jaga yakni Muroqobah dan Al-Haya’ (Malu).

 

Di antara penyebab suburnya perilaku-perilaku rendah dan buruk di atas ialah hilangnya dua akhlak utama dalam diri seorang mukmin yang seharusnya mengakar dalam hati, dua akhla tersebut yakni Muroqobah dan Al-Haya’ (Malu).

 

Muroqobah merupakan kesadaran diri seorang muslim bahwa dia selalu dalam Pengawasan Allah swt, kesadaran yang didorong dengan keimanan bahwa Allah senantiasa mengawasi, melihat, dan mencatat segala macam perilaku baik dan buruk, kecil dan besarnya.

 

وَكَانَ ٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ رَّقِيبٗا…

 

“… Dan adalah Allah Maha mengawasi segala sesuatu” (QS. Al-Ahzab: 52)

 

Pada diri manusia kerap kali tersimpan keinginan jahat saat mereka sendiri tanpa diketahui orang lain. Maka manusia adalah pengawas bagi dirinya sendiri. Potensi melakukan kejahatan dapat diatasi dengan dua hal, yakni merasa diawasi Allah karena takut murka-Nya bisa pula karena takut kekuasaan negara.

 

Kita ingat tentang kisah sosok pemuda pengembala ternak yang diuji kejujurannya oleh Umar Bin Khotob. Saat itu umar ingin membeli satu ekor domba yang di gembalakan pemuda itu. Dengan tegas pemuda itu menolak “Saya tidak mau melakukan itu tuan, karena semuanya bisa kelihatan. Meski juragan tidak tahu tetapi Allah akan mengerti dan mengetahui segala apa yang saya lakukan,” begitulah jawaban yang menyenangkan hati Amirul mukminin.

 

Kesadaran akan pengawasan Allah baik dalam keadaan tertutup maupun terbuka yang dilandasi keimanan akan memantulkan kebiasaan baik dalam diri manusia.

 

Jamaah yang dirahmati Allah

 

Sealnjutnya, Al-Haya’ atau malu merupakan perasaan yang menimbulkan keengganan akan melakukan perbuatan tercela dan dosa. Rasa malu ini timbul saat perbuatan bertentangan dengan kehendak Allah. Sifat Malu ini juga memiliki keistimewaan dalam Islam. Nabi Muhammad saw. Bersabda yang artinya :

 

“sesungguhnya semua agama itu mempunyai akhlaq, dan akhlaq islam adalah sifat malu” (H.R Malik)

 

Sifat malu adalah pantulan iman, semakin tinggi iman seseorang maka semakin tebal rasa malunya. Rasa malu berfungsi mengontrol dan mengendalikan diri kita, dari segala sikap dan perbuatan yang terlarang. Bahkan sabda Nabi saw. Mengatakan, “seandainya malu itu berwujud manusia dia akan tampil sebagai seorang yang solih” (H.R Thabrani)

 

Sifat malu itu harus kita tumbuh suburkan dalam hati agar perbuatan kita senantiasa dihiasi dengan kabaikan. Baik malu kepada Allah, Malu kepada diri sendiri maupun malu kepada orang lain. Tanpa adanya rasa malu manusia pasti akan dikuasai oleh hawa nafsunya.

 

Diriwayatkan dari Abu Mas’ud Uqbah bin ‘Amr Nabi Muhammad saw. bersabda :

 

إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلاَمِ النُّبُوَّةِ الأُولَى إِذا لَم تَستَحْيِ فاصْنَعْ مَا شِئْتَ

 

“Sesungguhnya termasuk perkara yang didapati oleh manusia dari perkataan nubuwwah (kenabian) yang pertama adalah jika engkau tidak mempunyai sifat malu maka berbuatlah sesukamu.” (HR. Al Bukhari)

 

Penegasan Rasulullah saw. di atas mengingatkan bahwa seseorang yang kehilangan sifat malu maka akan kehilangan kontrol dalam mengendalikan segala perbuatan dan tingkah lakuknya. Dia akan menjadi manusia yang hilang kendali, bebas melakukan apa saja tanpa memandang baik dan buruk, manfaat dan mudhorotnya. Bahkan bisa rela melakukan apa saja hanya untuk memuaskan nafsunya tanpa ada rasa rikuh dan malu sedikitpun.

 

Oleh sebab itu marilah kita menjaga diri dan keluarga kita dengan menanamkan dua akhlaq di atas yakni selalu merasa diawasi Allah dan malu akan perbuatan tercela dan dosa yang dibenci Allah swt.

 

وَهُوَ مَعَكُمْ اَيْنَ مَا كُنْتُمْۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌۗ

Dia bersamamu di mana saja kamu berada. Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.

 

Semoga Bermanfaat

Nashrun min Allah wa Fathun Qoriib

Wabasyiril Mu’minin

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.