Home Kultum Nu’aiman bin Amr bin Rafa’ah, Sahabat Nabi yang Kreatif dan Jenaka

Nu’aiman bin Amr bin Rafa’ah, Sahabat Nabi yang Kreatif dan Jenaka

1185
0

Kultum Dzuhur disampaikan oleh Ustadz Ahmad Fadillah,M.Pd.

Tema : Nu’aiman bin Amr bin Rafa’ah, Sahabat Nabi yang Kreatif dan Jenaka

Surat An-Nahl Ayat 125

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk

Nu’aiman bin Amr bin Rafa’ah, sahabat Nabi SAW yang masyhur akan sifat-sifatnya yang kreatif dan jenaka. Beberapa kali, Rasul SAW terhibur akan kreativitas sahabat beliau ini. Bahkan, pernah pula beliau sendiri yang menjadi sasaran canda lelaki asli Madinah itu.

Cerita kali ini berkenaan dengan keisengan yang pernah dilakukan sosok ashabul Badr itu terhadap kawannya sendiri. Pada suatu ketika, Nu’aiman bin Amr turut serta dalam rombongan kafilah dagang yang dipimpin Abu Bakar ash- Shiddiq. Arak-arakan ini bergerak dari Madinah menuju Negeri Syam. Setelah meminta izin kepada Nabi SAW, maka berangkatlah mereka semua.

Perjalanan yang panjang dan melelahkan itu ditempuh dengan penuh kesabaran dan kehati-hatian. Mereka hampir tiba di titik tujuan. Pada siang itu, Abu Bakar memutuskan untuk mengistirahatkan timnya di dekat sebuah oasis.

Kemudian, ayahanda ummul mu`minin Aisyah itu mengabarkan kepada seorang sahabat yang menyertainya, yakni Suwaibith bin Harmalah. Abu Bakar hendak pergi sejenak ke pasar terdekat dari sumber mata air itu. Sebab, dirinya akan membeli berbagai kebutuhan pokok dan mengecek harga-harga komoditas lokal.

Oleh Abu Bakar, Suwaibith diminta untuk menjaga kereta yang berisi penuh makanan.Permintaan itu pun disanggupi. Selang beberapa lama, Suwaibith melihat seorang anggota rombongan mendekatinya. Dia adalah Nu’aiman bin Amr. Lelaki dari kalangan Anshar itu tampak amat letih dan lemas.

“Wahai Suwaibith, apa yang engkau lakukan di depan kereta perbekalan kita ini? Dan, di manakah Abu Bakar? tanya Nu’aiman.

Beliau pergi sebentar ke pasar dekat dari sini. Dan aku ditugaskan olehnya menjaga kereta ini,” jawab Suwaibith.

“Kalau begitu, berikanlah kepadaku sepotong roti dari perbekalan kita. Sungguh, aku sangat lapar,” pinta Nu’aiman.

“Tidak boleh! Aku harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari Abu Bakar, pemimpin rombongan kita,”tegas Ibnu Harmalah.

“Berkali-kali Nu’aiman meminta, tetapi permintaannya itu selalu ditolak. Sungguh, engkau akan kuberikan pelajaran,” katanya.

“Aku tidak takut!” ucap Suwaibith kepada Nu’aiman yang kemudian pergi menjauhinya.

Ternyata, diam-diam Nu’aiman pergi ke pasar. Tujuannya bukan mencari Abu Bakar, melainkan sekumpulan pedagang yang biasa membeli budak. Kepada mereka, ia langsung berkata, “Wahai Saudara-saudara, aku hendak menjual budak. Harga normalnya 300 dirham, tetapi aku sangat butuh uang berapa pun saat ini. Kulepas untuk kalian hanya dengan 20 dirham, bagaimana?”

Tentu saja mereka menyanggupi.” Ini 20 dirham!” kata seorang dari mereka sembari menyalami tangan sahabat Nabi SAW ini, Nah, sekarang di mana budak kau itu?

Ia ada di dekat oasis sana, memakai pakaian begini dan begitu. “Namun, harap kalian perhatikan! Budak ini sering mengaku kalau dirinya adalah orang merdeka,” jelas Nu’aiman.

Maka bergegaslah orang-orang ini ke tempat yang dimaksud. Begitu melihat Suwaibith, mereka langsung menyergapnya. Sontak saja, Suwaibith terkejut dan menghardik mereka. Namun, para pedagang ini tidak kalah kerasnya. “Kami sudah tahu tabiatmu!”

“Tidak usah kau mengelak seperti orang merdeka,” katanya.

Sementara Suwaibith dalam keadaan terikat dibawa ke pasar, Nu’aiman keluar dari persembunyiannya. Barulah sesudah itu, Abu Bakar kembali ke oasis itu.

“Di mana Suwaibith? tanyanya.Nu’aiman menceritakan duduk perkara apa adanya. Kaget, Abu Bakar bergegas ke pasar lagi untuk membeli Suwaibith dari para pedagang itu.

Dari Syam, rombongan ini pulang ke Madinah.Sesampainya para sahabat ini, Abu Bakar menuturkan cerita tentang teman menjual teman itu kepada Rasulullah SAW.

Nabi SAW tertawa hingga gigi geraham beliau tampak. Walaupun telah lewat masa setahun, Rasul SAW acap kali menyampaikan kisah lucu itu kepada para tamunya sebagai selingan.

“Nu’aiman akan masuk surga sambil tertawa karena ia sering membuatku tertawa,”ucap beliau suatu kali.

Maksudnya kisah ini adalah Rosulallah SAW mengajarkan kepada kita bahwa dalam berdakwah, mengajak, menyeru orang lain harus dengan baik, walau ada hal-hal dari kasat mata tidak sesuai dengan syariat Islam, walaupun disana-sini masih perlu dibenahi, seperti kisah nuaiman minum khomr = kebiasaan mabuknya tidak berhenti dan ia sempat ditegur oleh beberapa sahabat yang tidak senang dengan kebiasaan Nuaiman.

Rasulullah SAW yang saat itu lewat, langsung menanyakan apa yang sedang terjadi. Sahabat pun menceritakan kejadian yang sebenarnya.

Akan tetapi, pembenaran yang diceritakan para sahabat tidak lantas membuat Rasul memihak mereka.

Rasul justru berkata, “Jangan pernah lagi kalian menghujat dan melaknat Nuaiman, meski dia seperti ini tapi dia selalu membuat aku tersenyum, dia masih mencintai Allah dan Aku, dan tidak ada hak bagi kalian melarang Nuaiman mencintai Allah dan mencintaiku sebagai Rasul.”

Atas kejadian itu, para sahabat akhirnya membubarkan diri dan tidak lagi memarahi Nuaiman

Maka dari sini berdakwahlah dengan lemah lembut dengan cara yang paling, sebagaimana firman-Nya:

Surat An-Nahl Ayat 125

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk

Momentum dibulan sya’ban masyarakat jangan sampai terpecah pelah, bercerai berai oleh  hal sepele yang tidak ada pangkal ujungnya, jangan mudah mengkafirkan, wahabisme, bersatu padulah untuk membina ummat dan bangsa mewujudkan kehidupan yang maju, dan mencerahkan untuk menggapai Ridho Allah SWT,

Rosulallah SAW dalam berdakwah dengan bil hikmah, maka para kader Muhammadiyah harus menerapkan Sunnah Rosulallah SAW, bahkan harus juga mencontoh K. H. Abdur Rozaq Fachruddin yang juga sebagai Ketua Umum Muhammadiyah yang menjabat dari 1968 sampai tahun 1990 biasa di panggil pak AR. Fachruddin,

Siapa sangka, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Allahyarham Kiai Abdur Rozaq Fachruddin (1916-1995) atau yang populer dipanggil Pak AR dikisahkan pernah dua kali memimpin warga Nahdlatul Ulama (NU) yang secara suka rela beribadah tarawih 11 rakaat sesuai tuntunan Muhammadiyah.

Kisah pertama terjadi di Ponorogo. Pak AR yang seharusnya mengisi pengajian di Masjid At-Taqwa milik Muhammadiyah ternyata salah alamat dan masuk ke masjid berbeda, yakni Masjid At-Taqwa milik NU yang juga tengah mengadakan pengajian.

Di sana, ternyata Pak AR disambut penuh hormat oleh takmir masjid. Saat warga Muhammadiyah menyusul, beliau meminta waktu mengikuti acara di masjid NU itu sampai selesai. Takmir masjid bahkan memaksa Pak AR sekalian menjadi imam salat tarawih yang segera disanggupinya.

Sebelum memimpin salat, Pak AR bertanya kepada jamaah berapa rakaat. Jumlah 23 rakaat sesuai peribadatan NU pun disepakati. Akan tetapi, ternyata Pak AR mengimami salat tarawih dengan tumakninah, menikmati setiap rukun dan pembacaan ayat-ayat al-Quran secara tartil.


Setelah mencapai 8 rakaat dalam waktu yang lebih lama dibandingkan dengan salat tarawih NU 23 rakaat, Pak AR membalikkan badan dan kembali bertanya kepada jamaah.

“Dos pundi bapak-bapak, diterusaken taraweh nopo langsung witir?” (Bagaimana bapak-bapak, diteruskan tarawih atau langsung witir?)

Sontak semua jamaah NU itu serempak menjawab, “Salat witir mawon.” (Salat witir saja). Jawab jamaah sambil tertawa masygul. Kisah pertama ini dipopulerkan ulang oleh aktivis Muhammadiyah Nurbani Yusuf pada tahun 2019.

Pak AR me-Muhammadiyah-kan Jamaah NU

Adapun kisah kedua, adalah kisah mahsyur yang banyak beredar di dunia maya. Kisah ini terjadi saat Pak AR mengunjungi sahabatnya, Ketua Umum PBNU, KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur di Pondok Pesantren Tebuireng.

Pada kesempatan itu, Pak AR lagi-lagi diamanahi mengisi khutbah tarawih sekaligus menjadi imam salat tarawih. Yang meminta adalah Gus Dur sendiri. Menyanggupi dorongan itu, Pak AR pun izin kepada jamaah seperti biasa.

“Ini mau pakai tarawih NU atau Muhammadiyah?” tanya Pak AR kepada jamaah.

“enNUUUUUUUU…..,” jawab ratusan jamaah kompak seolah-olah ingin menampilkan jati diri ke-NU-annya di depan tokoh Muhammadiyah.

Seperti biasa, Pak AR tersenyum. Beliau lalu berbalik badan dan dengan tenang mengimami ratusan jamaah NU dengan cara salat yang tumaninah, pelan, disertai bacaan surat al-Quran yang panjang.

Dengan cara Muhammadiyah itu, maka durasinya salat tarawih 8 rakaat pun telah melampaui durasi salat tarawih ala NU. Tentu saja, seketika itu ratusan jamaah NU gelisah.

Setelah salam di rakaat kedelapan, Pak AR berhenti dan memutar badan menghadap jamaah salat. Beliau kembali bertanya kepada jamaah.

“Ini mau dilanjutkan tarawihnya cara NU yang 23 atau Muhammadiyah yang 11 rakaat?” kata Pak AR terkekeh.

Sama dengan kasus pertama, para jamaah yang gelisah itu otomatis tertawa dan menjawab,

“Tarawih Muhammadiyah saja..,” sahut riuh dengan tawa bahagia sekaligus masygul. Lantas Pak AR memimpin salat witir tiga rakaat.

Selesai salat, Gus Dur bangkit dan berkata kepada para jamaah, “Baru kali ini ada sejarahnya warga NU di kandang NU di-Muhammadiyah-kan secara massal oleh seorang Muhammadiyah saja,” kata Gus Dur.

Dua kisah ini meriwayatkan hubungan dekat antara Muhammadiyah dan NU. Sebagai dua organisasi pergerakan Islam yang lahir dari rahim nusantara, keduanya akan terus menjadi matahari dan bumi bagi pencerahan Islam yang berkemajuan.

Semoga bermanfaat
Nashrun min Allah wa fathun qoriib
Wabasyiril mu’minin
wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barokatuh

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.