Home Kultum Konsep Komunikasi Kepemimpinan Era Digital (Perspektif Al-Qur’an)

Konsep Komunikasi Kepemimpinan Era Digital (Perspektif Al-Qur’an)

307
0

Kultum Dzuhur Disampaikan oleh Ustadz Hengki Nurhuda,M.Pd.

Tema : Konsep Komunikasi Kepemimpinan Era Digital (Perspektif Al-Qur’an)

Konsep Komunikasi kepemimpinan di era digital perspektif Al-Qur’an menekankan pentingnya menjaga kejujuran dalam berkomunikasi dan mengambil inisiatif untuk menjaga integritas dan kebijakan yang sesuai dengan nilai-nilai agama Islam yang bersumber pada AlQur’an. Hal ini penting untuk memastikan bahwa kepemimpinan di era digital dapat berjalan dengan aman dan berhasil.
Al-Qur’an sebagai sumber inspirasi dan panduan untuk komunikasi kepemimpinan dalam era digital. Al-Qur’an memberikan prinsip-prinsip yang relevan dan dapat diterapkan dalam konteks komunikasi digital saat ini. Komunikasi kepemimpinan dalam era digital dapat ditingkatkan dengan memperhatikan nilai-nilai yang diajarkan dalam Al-Qur’an. Pemimpin yang mengadopsi prinsip-prinsip ini akan dapat membangun hubungan yang kuat, menginspirasi

A. Pengertian Komunikasi
Kata “komunikasi” memiliki asal-usul dari bahasa Latin, yaitu “communicatio”, yang berasal dari kata dasar “communis”. Dalam bahasa Inggris, kata ini dikenal sebagai “communication”, yang memiliki arti “sama” atau bisa diartikan sebagai “pengertian yang sama” (Effendy, 2004).
Komunikasi ialah proses menyampaikan pesan baik melalui lisan, tulisan atau isyarat dari seseorang kepada orang lainnya sehingga pesan tersebut dapat dipahami, dimengerti dan jelas maknanya (Maryudi, 2005). Komunikasi sering diartikan pada proses pengiriman informasi atau pesan dari satu orang ke banyak orang lain dengan menggunakan simbol-simbol yang memiliki arti bagi orang lain. (Muhtadi, 2012).
Dalam pandangan Islam, kepemimpinan memiliki arti yang lebih luas daripada sekadar memimpin. Setiap orang perlu memahami dua hal penting tentang kepemimpinan. Pertama- tama, menurut Al-Qur’an, kepemimpinan bukan hanya merupakan kontrak sosial antara pemimpin dan rakyatnya, tetapi juga merupakan ikatan kontraktual antara pemimpin dan Allah swt. Selanjutnya, untuk menjadi seorang pemimpin yang baik, dibutuhkan keadilan, yang harus diterapkan secara merata dan dirasakan oleh seluruh pihak dan kelompok yang terlibat (Nidawati, 2018).

B. Pengertian Kepemimpinan
Seorang pemimpin ialah yang dapat memberikan pengaruh dalam artian mampu memberikan arahan inspirasi, dan contoh yang baik bagi orang yang ada di bawahnya. Selain dari pada itu, pemimpin harus mempunyai kemampuan untuk memimpin orang lain dengan cara positif, yang mendorong mereka untuk mencapai tujuan bersama. Keahlian dan keterampilan untuk menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu juga harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Oleh karena dalam memimpin cenderung memiliki visi jangka panjang dan


memiliki kemampuan untuk menyampaikan pesan dengan cara yang efektif. Bahkan mampu menghadirkan kekuatan dan ketenangan pada situasi yang tidak pasti dan dapat membuat orang lain merasa aman. Maka dapatkan dikatakan pemimpin yaitu merujuk pada devinisi Ulil Amri yaitu orang diberikan kepercayaan untuk mengurus khadimul Umat (Pelayan umat) dan urusan orang lain alias memposisikan dirinya sebagai pengurus masyarakat (Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, 2003).
Kepemimpinan pada dasarnya terkait dengan keterampilan, kemampuan, dan pengaruh. Oleh karena itu kepemimpinan bisa dimiliki oleh siapa saja (Jarwanto, 2015). Sedangkan dalam pandangan Islam kepemimpinan adalah di artikan sebagai kegiatan yang membina, memandu, menuntun kepada jalan yang Allah SWT ridhoi (Hidayat, 2020). Kepemimpinan harus memiliki keterampilan strategis, fokus pada faktor dalam dan tentunya juga faktor luar yang masih fokus melingkupi organisasi (Charis, dkk, 2020).
Kepemimpinan dalam konsep Islam adalah interaksi, hubungan, proses dalam mengarahkan dan mempengaruhi serta mengkoordinasikan baik secara vertikal maupun horizontal (Sakdiah, 2016). Pemimpin memiliki tugas yang penting dalam mengurus sebuah organisasi atau lembaga. Peran pemimpin adalah perencana dan pembuat keputusan, organisator, manajemen dan motivasi, pengawasan dan lain-lain (Fakih, dkk, 2001).

Kepemimpinan dan generasi digital memiliki ikatan yang erat dalam perspektif Al-Qur’an. Kepemimpinan adalah hal yang diutamakan dalam Al-Qur’an. Di dalam Al-Qur’an, disebutkan bahwa kepemimpinan harus didasarkan pada keadilan, pertimbangan dan pemikiran yang matang serta mengabdikan diri semata karena Allah SWT. Pada saat yang sama, menjelaskan, sudah menjadi tanggung jawab para pemimpin untuk menciptakan lingkungan Islami secara online (cyber-islamic environment). Hal ini tentunya memberi peluang kepada pemimpin untuk mengoptimalisasikan layanan digital dalam hal ini adalah internet untuk kepentingan umat Islam yang selain dari pada media informasi, tetapi juga sebagai wadah ekspresi keagamaan bagi pemimpin itu sendiri, Komunikasi kepemimpinan dalam Islam didasarkan pada prinsip-prinsip yang terkandung dalam ajaran agama Islam. Islam mengajarkan pentingnya komunikasi yang baik antara pemimpin dan bawahan dalam membangun hubungan yang harmonis dan efektif. Berikut adalah beberapa aspek penting dalam komunikasi kepemimpinan menurut Islam:
1. Memiliki Pengetahuan tentang Islam
Pemimpin di era digital tentunya haruslah memiliki kemampuan dan memahami nilainilai agama Islam yang kuat. Hal tersebut karena agama Islam mempunyai nilai-nilai yang menjadi landasan etika, moral dan tanggung jawab untuk melayani masyarakat. Selain itu menciptakan lingkungan yang aman dan terbuka untuk berbagi informasi dan menghormati hak asasi manusia salah satunya membangun inklusif dan toleran. Untuk menghadapi era digital dan revolusi industri 4.0, seorang pemimpin harus memiliki kemampuan membaca situasi dengan baik. Di samping itu, pemimpin juga harus mampu menguasai tiga keterampilan digital penting, yaitu literasi data, literasi teknologi, dan literasi informasi.


2. Jujur
Islam mendorong pemimpin untuk berkomunikasi secara jujur dan transparan. Seorang pemimpin harus berbicara dengan kebenaran dan menjauhi kebohongan. Hal ini mencakup memberikan informasi yang akurat kepada bawahan dan menghindari manipulasi informasi. Dengan adanya teknologi digital, pemimpin dapat dengan mudah diketahui apakah mereka memiliki kejujuran atau tidak. Kejujuran merupakan point penting bagi pemimpin di era digital. Karena jika tidak jujur, ini akan merusak reputasi dari pemimpin. Dengan kejujuran akan membangun kepercayaan antara pemimpin dan yang dipimpin. Konsep sifat jujur pada pemimpin akan mengundang turunnya keberkahan dari Allah SWT, karena dari
kepemimpinannyalah akan menjadi yang dipimpinnya semakin dekat dengan Allah SWT.
Seperti firman Allah SWT dalam Q.S. Al-A’raf [7]: 96.

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, niscaya Kami akan membukakan
untuk mereka berbagai keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka mendustakan
(para rasul dan ayat-ayat Kami). Maka, Kami menyiksa mereka disebabkan oleh apa yang
selalu mereka kerjakan.”

ayat tersebut menggambarkan tentang kewajiban seorang hamba untuk patuh dan takut kepada Allah ketika menyadari kesalahannya dan ancaman hukuman Allah yang mengerikan. Hal ini mendorongnya untuk merasa takut dan berlari kepada Allah serta memohon ampunan atas semua perbuatannya. Hal tersebut dinyatakan dalam ayat tersebut sebagai tindakan yang diambil oleh seorang hamba yang beriman.

Menurut penjelasan kitab Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil karya al-Baghawi, tujuan dari pemberkatan ayat ini adalah untuk memudahkan dan memperluas pelaksanaan amal kebaikan di seluruh dunia. Tafsir Muyassar menjabarkan bahwa isi ayat ini menyatakan bahwa jika penduduk suatu negeri beriman dan mengikuti rasul serta menjauhi larangan Allah, maka Allah akan membuka pintu kebaikan untuk mereka dari segala penjuru. Namun jika mereka tetap melanggar larangan-Nya, maka Allah akan memberikan siksaan yang menghancurkan mereka karena kekafiran dan kemaksiatan mereka.
Para pemimpin yang ingin menjadi model ideal dapat mengambil contoh dari Rasulullah SAW. Model kepemimpinan Rasulullah SAW sangat ideal karena ia memiliki empat sifat utama, yaitu Sidiq (jujur), Amanah (dapat dipercaya), Tablig (menanamkan kebaikan pada manusia), dan Fathonah (cerdas dalam mengatur masyarakat). Dengan memiliki sifat-sifat tersebut, Rasulullah SAW menjadi teladan yang baik bagi para pemimpin untuk diikuti
3. Santun
Teknologi digital terus membawa perubahan besar dalam bagaimana berorganisasi, bisnis dan masyarakat. Oleh karena itu Islam menekankan pentingnya menjaga kesantunan dalam berkomunikasi. Seorang pemimpin harus berbicara dengan sopan dan menghormati bawahan. Islam juga mengajarkan untuk menghindari penghinaan dan berbicara dengan katakata yang baik .Sebagaimana yang ditegaskan dalam QS.Thaha:44)
فَقُولَا لَهُۥ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهُۥ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ

Artinya: …..Sesungguhnya Ibrahim benar-benar seorang yang sangat lembut hatinya lagi
penyantun. Ayat tersebut menguraikan signifikansi pemilihan pendekatan yang sesuai dalam menyampaikan ajaran Islam, yaitu menggunakan retorika atau kata-kata yang lembut. Kelembutan dalam menyampaikan dakwah, yang tercermin dalam setiap ungkapan, akan menghasilkan manfaat bagi pendengar, karena pada dasarnya setiap individu cenderung menghargai hal-hal yang baik.

Imam al-Mawardi menerangkan bahwa sesosokn pemimpin itu ialah sifat-sifat seperti keadilan, kemampuan dalam ijtihad, jiwa dan raga yang sehat, mengutamakan kepentingan rakyat, dan berani berjuang Ketika melawan musuh (Umar Sidiq, 2014). Pemimpin harus menjadi suri teladan, tidak menjadikan suatu yang dipegang dan dikuasainya menjadikan ia semena mena yang jauh dari nilai-nilai kebaikan (Hamdani, 2015).
4. Adaptabel
Seorang pemimpin harus mempunyai keahlian dibidangnya termasuk mampu beradaptasi terhadap berbagai peralatan teknologi informasi dan komunikasi. Pemberian tugas kepada pemimpin yang tidak berkompeten akan merusak organisasi atau wilayah yang di naungi atau yang di pimpin.
Jika seorang pemimpin tidak mampu memanfaatkan teknologi digital dalam pekerjaannya atau tidak memiliki kompetensi dalam bidang teknologi, maka ia dianggap kurang adaptif. Berdasarkan penelitian DDI pada tahun 2016, sebagian besar pemimpin milenial lebih suka bekerja di perusahaan yang fleksibel terkait waktu dan tempat kerja, karena kemajuan teknologi memungkinkan mereka untuk bekerja kapan saja dan di mana saja.
Interaktif Agar dapat melayani secara efektif dan membangun hubungan yang kuat dengan masyarakat maka pemimpin harus berinteraktif. Apalagi di zaman sekarang, pemimpin dapat membangun komunikasi dengan anak milenial seperti melibatkan membalas komentar dan tweet, mengikuti thread di forum, memposting di blog, berkomunikasi di media sosial, dan berkonstribusi di blog lain. Tentunya ini akan menjadi wadah peluang yang memungkinkan pemimpin untuk mendengar aspirasi dan menangani masalah dari masyarakat. Interaksi pun akan membangun kesadaran publik tentang berbagai isu dan membawa kemajuan dalam berpikir.
Untuk memimpin di era digital, siap tidak siap seorang pemimpin harus siap dan menerima berbagai cuitan baik buruknya respon yang yang diberikan oleh masyarakat. Karena informasi begitu terbuka di zaman sekarang ini, termasuk di media sosial, bahkan urusan pribadi pun bisa menjadi sangat terbuka. Jadi generasi digital adalah orang-orang dengan tingkat keingintahuan yang sangat tinggi. Mereka sangat ingin tahu tentang karakter di sekitar mereka. Oleh sebab itu, seorang pemimpin bisa menjadi teladan yang baik dalam segala aspek kehidupannya.

Semoga Bermanfaat
Nashrun Min Allah wa Fathun Qoriib
Wabasyiril mu’minin
Wasssalamuálaikum Wr. Wb.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.