Home Resonansi Kesadaran Transendental

Kesadaran Transendental

944
0

Dr. Turizal Husein, MA
Peserta Pengajian Online

Kota Tangerang sore ini cukup terang sedikit mendung. Temperatur suhu mencatat 29 derajat celcius. Saya berhasil mengikuti pengajian bergensi. Hari ini saya memperoleh berkah istemewa. Saya seperti di ajak ngobrol satu meja oleh ketua PWM Banten, Rektor UMT, Warek II dan seluruh civitas akademika.

Tadi sore saya nyaris tidak dapat mengikuti pengajian , karena lupa mengisi pulsa. Memang harus diakui, selama proses work from home dan kuliah virtual, kuota yang seharusnya habis dalam tempo satu bulan, habis terpakai hanya dalam waktu dua minggu.

Pengajian Ramadhan sore tadi di mulai dari pukul 16.00-17.40. Selaku pembawa acara Ustadz Ahmad Syarief, M.Pd memberi kesempatan pertama kepada Dr. Ahmad Amarullah (Rekor UMT) selaku keynote speaker . Bang Uwoh panggilan akrab Pak Rektor mengatakan bahwa sejatinya pengajian ini diikuti sekitar 400 peserta yang terdiri dari seluruh civitas akedemika UMT dan jama’ah Muhammadiyah yang tersebar di seluruh Kota Tangerang. Kehadiran 266 partisipan cukup membanggakan Pak Rektor di tengah kondisi kuoto internet, lemahnya jaringan dan faktor tekhnis lain yang dihadapi para Dosen. Rektor berharap melalui pengajian Ramadhan kali ditengah-tengah masifnya wabah covid 19, akan bertambah keimanan dan ketaqwaan kepada Allah. Melalui pengajian ini diharapkan juga terbangunnya kesadaran transendental yang baik pada seluruh civitas akademika.

Dalam pengajian online sore tadi, Dr. H.M Syamsudin, M.Pd menjelaskan upaya upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas ibadah dan kinerja dalam suasana pandemi. Dalam kondisi apapun kalau ibadah seseorang bagus, maka secara otomatis kinerja akan bagus. Sebaliknya apabila ibadahnya kurang bagus, maka kinerja dalam bekerja juga akan jelek. Bagi kelompok sekuler, ibadah hanya dikaitkan dengan tujuan akhirat semata. Sehingga jika bersinggungan dengan aktivitas urusan dunia, jangan pernah melibatkan agama. Kelompok ini menganggap agama sebagai penghalang dalam meraih impian.

Kesempurnaan dan kebahagian dalam berpuasa akan didapat apabila kita selalu mengisinya dengan hal-hal yang positif. Dalam masa pandemi saat ini, kita dituntut untuk tetap bekerja dan berkarya. Untuk mencapai semua itu, maka langkah langkah yang harus kita lakukan adalah : Pertama, meningkatkan kualitas Iman. Agar kualitas iman seseorang selalu berlebih, maka kita harus selalu mengupdate iman kita setiap saat. Karena iman seseorang sangat mudah terkontaminasi oleh virus virus sekuler. Larangan sholat di masjid dalam masa pandemi dijadikan alasan untuk tidak melakukan ibadah ritual. Padahal sebelum masa pandemi mereka sudah termasuk golongan orang orang yang melalaikan sholat.

Kedua, meningkatkan kualitas ilmu. Dalam surat al-Isra ayat 36 Allah secara tegas mengingatkan kita untuk tidak mengikuti sesuatu yang tidak kita ketahui, karena semuanya akan diminta pertanggungjawabannya. Dalam bulan Ramadhan dan masa pandemi ini banyak bermunculan tafsir dan hadist palsu. Banyak ajakan ajakan yang sedikit amalannya namun berlipat ganda pahalanya. Dr. H, Syamsudin menekankan iman sudah bagus, ilmu sudah pintar, itu belum cukup. Maka selanjutnya yang ketiga adalah kualitas Ittiba, dengan mengikuti semua yang dicontohkan oleh Rasulullah dengan dalil dalil yang komprehensif dan makbullah.

Keempat, ikhlas. Muara semua amaliah yang kita lakukan adalah ikhlas. Sifat ikhlas harus dilatih, semakin sering dilatih semakin jauh ketergantungan kita selain kepada Allah. Niatkan bekerja ikhlas karena Allah. Muhammadiyah dalam menghadapi pandemi sudah lebih cerdas dalam bersikap dengan mendirikan MCCC contohnya. Namun harus diingat, ini kerja relawan, kerja dengan dilandasi sukarela jangan berharap mendapatkan gaji.

Kelima, implementasi. Orang yang sudah disiplin dalam sholat, ia harus disiplin juga dalam bekerja. Begitu pula apabila kinerja sudah bagus, ibadah jangan sampai kurang sempurna. Kondisi sebagian masyarakat kita saat ini banyak karena hanya mengejar materi, kinerja digenjot fulltime, namun mengenyampingkan ibadah. Waktu habis bekerja, waktu sholat kadang terlewatkan. Di ujung ceramah nya Ketua PWM berpesan meningkatkan kualitas ibadah itu harus sejalan dengan meningkatnya kadar taqwa kita, dan ini harus dilakukan dengan sungguh-sungguh.

Wakil Rektor I Dr. Desri Arwen menambahkan dalam kondisi Indonesia yang sedang dilanda musibah pandemi covid 19 ini, sudah sewajarnya timbul dikalangan masyarakat berbagai perasangka yang ditimbulkan oleh hati. Husnudzon tidak berdiri sendiri manusia masih memiliki akal untuk bisa dapat membedakan mana yang mendatangkan kebaikan mana yang sebaliknya mendatangkan bencana.
Wallahu a’lam bissawab.
__
May. 9.2020

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.