Dalam pandangan Islam, kemerdekaan yang hakiki bukanlah sekadar kebebasan fisik atau politik dari penjajahan bangsa lain. Konsep kemerdekaan dalam Islam jauh melampaui batasan tersebut, menyentuh dimensi spiritual dan moral yang mendalam. Kemerdekaan sejati adalah kemerdekaan jiwa dan hati, yang hanya bisa dicapai dengan membebaskan diri dari segala bentuk penghambaan selain kepada Allah swt. Berikut diantaranya:
- Kemerdekaan dari Perbudakan kepada Selain Allah (Tauhid)
Ini adalah inti dari kemerdekaan dalam Islam. Seseorang yang merdeka adalah ia yang hanya menghamba kepada Allah semata (tauhid). Kemerdekaan ini membebaskan manusia dari perbudakan kepada sesama manusia, hawa nafsu, harta, jabatan, sirik, takhayul, khurafat, dogma tanpa dalil, atau apa pun. Kalimat “Laa ilaaha illallah” adalah deklarasi kemerdekaan paling fundamental, memproklamasikan tidak ada kekuatan lain yang patut disembah atau ditakuti selain Allah dalam akidah memiliki keyakinan yang kuat dan rasional, yang hanya berlandaskan pada kebenaran dari Allah.
- Kemerdekaan dari Hawa Nafsu/Syahwat
Kemerdekaan adalah ketika seseorang mampu mengendalikan hawa nafsunya, bukan sebaliknya. Mengikuti hawa nafsu secara membabi buta akan menjerumuskan pada perbuatan dosa dan kezaliman. Sebagaimana dalam QS. Al-Furqan ayat 43, “Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?”. Kemerdekaan ini dicapai melalui perjuangan (jihadun nafs) melawan bisikan setan, godaan duniawi, dengan menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai pedoman hidup.
- Kemerdekaan Cinta Dunia Berlebihan
Cinta dunia yang berlebihan dapat menjadikan manusia budak dari hartanya sendiri. Mereka akan melakukan segala cara untuk mendapatkan kekayaan, kekuasaan, atau popularitas, bahkan jika harus mengorbankan prinsip kebenaran dan keadilan. Kemerdekaan sejati adalah ketika hati seseorang tidak terikat kuat dengan gemerlap dunia. Ia menggunakan dunia sebagai sarana untuk mencapai ridha Allah, bukan sebagai tujuan akhir. Dengan demikian, ia akan bersyukur saat diberi kelapangan dan bersabar saat diuji dengan kesempitan.
- Kebebasan dalam Batasan Syariat (Bukan Kebebasan Tanpa Batas)
Islam tidak mengajarkan kebebasan tanpa batas (liberalisme). Kemerdekaan dalam Islam adalah kebebasan yang bertanggung jawab, yang berada dalam bingkai syariat. Syariat Islam datang untuk menjaga keseimbangan hak individu dan kemaslahatan sosial. Contohnya, Islam menjunjung tinggi kebebasan berpendapat, beribadah, dan berkarya, tetapi semua itu harus dilakukan tanpa merugikan orang lain dan tidak melanggar hukum-hukum Allah. Dalam QS. Al-Baqarah : 256, “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.” Ini menegaskan kebebasan beriman, namun kebebasan itu membawa konsekuensi tanggung jawab di hadapan Allah.
Kemerdekaan ibadah adalah terbebas dari ketergantungan spiritual kepada perantara, seorang Muslim dapat langsung berkomunikasi dengan Tuhannya melalui shalat, doa, puasa, dan ibadah lainnya.
- Kemerdekaan dari Penindasan/zalim
Islam menolak segala penjajahan, penindasan, dan kezaliman. Perjuangan untuk meraih kemerdekaan fisik dari penjajahan adalah bagian dari jihad yang disyariatkan. Namun, kemerdekaan fisik ini tidak akan lengkap tanpa adanya kemerdekaan spiritual. Kemerdekaan adalah ketika sebuah bangsa dapat memerintah diri sendiri dengan adil, Makmur berlandaskan nilai-nilai ketuhanan, sehingga tercipta suatu negeri yang “baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur” (negeri yang baik dan diampuni oleh Tuhan).
Disampaikan
Dr. Sarli Amri, M.Ag





















