Oleh : Sarli Amri, M.Ag
Hari Guru diperingati setiap tahunnya setiap tanggal 25 Nopember serentak secara nasional. Hari Guru Nasional ternyata telah dicetuskan sejak tahun 1994 sesuai dengan keputusan presiden. Berdasarkan Keppres Nomor 78 Tahun 1994 dan juga di UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, 25 November dipilih sebagai Hari Guru Nasional dan diperingati bersamaan dengan ulang tahun PGRI.
Meski Hari Guru telah diperingati setiap 25 November, tapi karena sangat jarang diadakan kegiatan khusus di hari tersebut, wajar banyak orang yang tak tahu tentang hari nasional yang satu ini. Padahal, perkumpulan guru sebenarnya sudah ada sejak zaman pemerintahan Belanda.
Waktu itu, persatuan guru Indonesia bernama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) dan didirikan pada tahun 1912. Kelompok persatuan guru ini beranggotakan guru bantu, guru desa, kepala sekolah, dan perangkat sekolah lainnya.
Buku Darah Guru Darah Muhammadiyah, diiterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas Februari tahun 2006, merupakan catatan sebagian perjalanan hidup Prof Abdul Malik Fadjar MSc, mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang, mantan Menteri Agama, dan sekaligus mantan Menteri Pendidikan Nasional. Seorang intelektual yang pemikirannya-betapapun kecil barangkali-ikut mewarnai sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Memberikan pengayaaan khazanah perkembangan masyarakat dan peradaban bangsa, utamanya samudera luas pengembangan pendidikan ditanah air.
Sebagai kader persyarikatan Muhammadiyah, sejatinya Muhammadiyah melalui kepeloporan KH. Ahmad Dahlan telah mempelopori kebangkitan ummat Islam untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat. Dengan organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, telah banyak memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya. Ajaran yang menuntut kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi masyarakat dan umat, dengan dasar iman dan Islam. Dengan organisasinya, Muhammadiyah telah mempelopori amal usaha sosial dan pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa, dengan jiwa ajaran Islam, dan dalam Muhammadiyah bagian wanita (Aisyiyah) telah mempelopori kebangkitan wanita Indonesia untuk mengecap pendidikan dan berfungsi sosial, setingkat dengan kaum pria.
Atas jasa-jasa K.H. Ahmad Dahlan dalam membangkitkan kesadaran bangsa Indonesia melalui pembaharuan Islam dan pendidikan, maka Pemerintah Republik Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional dengan surat Keputusan Presiden no. 657 tahun 1961. Dengan demikian, semangat setiap penggerak dakwah dalam amal usaha Muhammadiyah (Muhammadiyah) seyogyanya menjadikan momentum hari guru nasional, sebagai tantangan bagi guru di era disrupsi adalah bagaimana menciptakan sumber daya manusia yang mampu bertahan dan berkembang dalam era serba inovatif dan kreatif. Menyiapkan peserta didik yang memiliki daya inovasi dan kreativitas. Guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber pengetahuan, namun lebih berperan sebagai inspirasitor. Untuk itu, guru harus mampu menjadikan dirinya sebagai jembatan dunia pengetahuan bagi peserta didiknya.
Perlu kiranya senantiasa membangun budaya belajar sepanjang hayat dan adaptif terhadap dinamika dunia pendidikan sebagai wujud tanggung jawab profesi. Wallahu a’lam bi al-shawab, Nasrun Minallah wa Fathun Qarib.
Baca juga: Bermuhammadiyah dalam bingkai islam