Home Resonansi Bergeraklah sebelum jatuh dan terlambat …

Bergeraklah sebelum jatuh dan terlambat …

670
0

Haruskah kita menjeda nafas
Bukan tuk abai dari persoalan pandemi yang kian hari kian melangit angkanya
Namun tak menjadi keliru apabila sedikit berani melanjutkan perjuangan yang ada
Bukanlah sebuah sisa dari peninggalan jaman, tetapi sebuah agenda perubahan yang patut terus dijuangkan

Pendidikan tentu sebagai denyut nadi kehidupan sebuah Bangsa
Tanpa arah yang jelas maka akan menenggelamkan derajat harapan kehidupan
Terlebih saat memicingkan mata, hingga tak menyadari kemelut di depan mata
Maka bersiaplah memikul kemunduran yang teramat sangat di kemudian

Saat elit pemodalan mematangkan perencanaan untuk pemenuhan hasrat duniawinya
Melalui sindikat kolongmerat sedang bersiap menghujani perkakas teknologinya
Sehingga menjadi alasan kuat menihilkan peran anak Bangsa kedepan
Inilah senda gurau yang dipermainkan, akankah sadar kita dibuatnya… TIDAK !

Arsalani seorang muadzin bagi kaum muslimin, dengan membandingkan angka umat
1.4 Miliyar insan bernama Muslimin yang tak berdaya di  bawah 1.4 Juta umat Yahudi
Layaknya tak sudi kita terus berdansa hingga jatuh kelelahan, tanpa tersadar setiap lantunan gendang kerompongan dibentang oleh Bangsa lain yang segelintiran itu.

Hegemoni mereka terus menguat, mengancam dan mendikte Bangsa ini
Lebih dari itu, para elit Penguasa pun terpincut kaku dihadapannya
Tak sadar mereka para pengemban kekuasaan hingga ke Dinas dinas penyerta lainnya
Berak dan Berdahak di atas kepala anak Bangsa atas nama Satgas Virus saat ini

Jalan jalan besar dipersempit, arus ekonomi rakyat jelata disendat, pendidikan di hold
Dan semua puspa ragam halayak anak Bangsa harus mengalah demi arogansi tersebut
Padahal kalau kita melihat kembali asal Negara Virus ini, apakah semua sendi kehidupan rakyatnya sama dengan perlakuan Penguasa terhadap anak Bangsa kita.

Dasar nasib sebuah Negara sapi perah bagi elit Global, selalu pasrah tuk dihisap terus menerus
Bukankah Negara kita terpola secara Geografisnya merupakan Negara Agraria
Lain dengan China yang lebih condong sebagai Negara Kontinetal
Mengapa penanganan kita berbeda jauh, bahkan justru lebih carut marut hingga kalangkabut ke daerah daerah melintasi ke seluruh 34 Provinsi yang berjarak dengan lautan hingga samudra disekitarannya… BETULKAH !

Tidak lain tidak bukan semua persoalan harus dijawab dan sisiapkan sedini mungkin
Sebelum embun pagi mengering disengat teriknya mentari siang

Jangan sampai lagi lagi anak Bangsa kita menjadi warga asing di tanah kelahirannya sendiri
Yang kemudian perkakas teknologi modern menjadi penghias kebutuhan Industri,
Pun hasil produksinya dibawa kembali ke Negara Negara maju, dan yang tertinggal hanyalah pungutan pajak saja itupun tak terawasi kemana dan seperti apa pengelolaannya.

Inilah sebagai pola global yang sedang dimainkan, teringat ujar Tan Malaka bahwa kedepan alat juang dan model perlawanan terus berubah seiring perkembangan jaman
Dan kita sudah tepat berada di jaman yang dimaksudkan.

Salam dari,
Seorang Pendidik penyandang Honoris
 

Donny I. Hasibuan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.