Home Resonansi TAKZIYAH Pemuda Muhammadiyah Untuk Dr. Ahmad Badawi

TAKZIYAH Pemuda Muhammadiyah Untuk Dr. Ahmad Badawi

892
0

Hidup bukan untuk (sebatas) hidup. Tapi, hiduplah untuk Yang Maha Hidup. Kalimat singkat ini menjadi tepat, padat dan sarat jika dimaknai mendalam akan arti hidup. Sudah menjadi keniscayaan jika hidup indah niscaya akan diraih jika diabdikan untuk meraih berkah dari Yang Maha Hidup.

Setiap permulaan pasti akan akan ada akhir. Puncak kekuatan akan berujung dititik lemah. Begitupun hidup yang fana di dunia, kelak akan ditutup dengan kematian. Rasulullah Muhammad saw Sang utusan Tuhan dalam kalam sucinya pernah mengatakan kafa bilmauti mau’idzhoh, cukuplah kematian sebagai pelajaran (terbesar).

Hari ini, Selasa 7 Syawal 1440 Hijriyah yang juga bertepatan dengan 11 Juni 2019 Miladiyah adalah hari dimana genap atas wafatnya Allahuyarham Ayahanda Dr. H. Ahmad Badawi rahimahullah. Beliau menutup usia dimalam terakhir Ramadan 1440 Hijriyah. Fase 10 malam terakhir Ramadan, yang dalam ayat al-Quran disebut sebagai malam Lailatul Qadar (malam yang lebih baik dari seribu bulan). Bahkan, di sebuah riwayat dikatakan fase 10 malam terakhir Ramadan dijanjikan Tuhan sebagai fase Itqun Minan Naar (fase pembebasan dari siksa api neraka). Semoga rahmah dan maghfirah-Nya Allah swt senantia tercurah kepada Ayahanda Dr. H. Ahmad Badawi, Amien yaa rahman yaa rahim.

Begitu banyak hikmah dan ibrah yang dapat dipetik dari kebaikan yang telah ditorehkan Almarhum semasa hidup.

Almarhum adalah seorang motivator. Dalam nuansa akademik beliau selalu memotivasi dan memacu sangat para angkatan muda Muhammadiyah Kota Tangerang untuk terus selalu belajar, belajar dan belajar. Bahwa pendidikan dimatanya sebagai sebuah mutiara yang harus terus dicari dan digali. Tanpa belajar, tanpa ilmu, maka masa depan yang cerah tak mungkin diraih.

Begitupun, konsen beliau kepada angkatan muda Muhammadiyah agar terus bertafaqquh fiidien, mendalami kajian agama dan keislaman, lebih lagi motivasi beliau agar angkatan muda Muhammadiyah semakin tajam penguasaannya terhadap pembacaan turats (kitab klasik) yang familiar disebut kitab kuning. Beliau mencemaskan jika kedepan angkatan muda Muhammadiyah tak ada lagi yang memiliki kecapakan dalam qira’atul kutub dan muhadatsah berbahasa Arab.

Hal yang sudah mentradisi dibulan Ramadan adalah Almarhum pasti dan selalu memotivasi kerabat, keluarga, dan masyakarat muslim secara umum untuk terus mendawamkan tadarus al-Quran. Apresiasi dan penghargaan yang berikan Almarhum kepada para pengkhatam al-Quran hingga hadiah umrah beliau berikan. Jika sebatas uang 2 sd 5 juta rupiah ini sudah menjadi kekhasan hadiah yang beliau berikan kepada para pengkhatam al-Quran. Maka para pembaca al-Quran semakin berfastabiqul khairat dalam membaca al-Quran sebulan penuh di bulan Ramadan. Kedermawanannya memberikan pesan bahwa umat Islam jangan sampai jauh dari kitab sucinya, harus dekat bahkan wajib cinta dengan al-Quran. Sehingga Ramadan sebagai Syahrul Qur’an yang mulai pudar dikehidupan generasi millenial dapat membudaya dan hidup kembali.

Almarhum pun dikenal sebagai seorang pendidik, terbukti beliau sebagai pengurus PGRI yang sudah senior dimasanya. Dengan background Almarhum sebagai seorang pergerakan senantiasa menjiwai gerak langkahnya untuk terus berani dan tegar melakukan kebenaran yang dipedomaninya. Semangatnya tak pernah lekang walaupun usianya tak lagi gagah seperti usia muda.

Semoga Almarhum wafat dalam syahid dijalan-Nya dan Allah tempatkan ditempat yang terbaik disisi-Nya. Amien.

Sarli Amri, MA
Ketua Pemuda Muhammadiyah Kota Tangerang

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.