Home Resonansi Stoikisme Implementasi dalam Dunia Pendidikan

Stoikisme Implementasi dalam Dunia Pendidikan

96
0

Ahmad Syailendra, S.Sos (Kepala SMP Muhammadiyah 2 Tangerang)

Di era disrubsi informasi dan teknologi tidak dapat di lepaskan  pengaruhnya terhadap murid-murid yang ada di lingkungan satuan Pendidikan. Segala dinamika proses pembelajaran dan mendidik anak-anak murid seperti kehilangan arah, di karenakan belum terbentuknya ruang public yang sehat. Ruang public yang sehat ini merupakan tataran komunikasi intens dua arah antara murid dan pendidik serta orang tua.

Konsep tritunggal antara pendidik, orang tua dan murid menjadi suatu hal yang tidak dapat di pisahkan dalam rangka mewujudkan lingkungan Pendidikan yang sehat. Seperti apa konsep stoikisme dapat di terapkan dalam lingkungan sekolah, Stoikisme Adalah aliran filsafat Yunani-Romawi kuno yang mengajarkan bahwa jalan menuju kebahagiaan dan kedamaian batin (disebut Eudaimonia) ditemukan dengan menerima momen yang kita alami,  mengendalikan pikiran dan reaksi kita, menjalani hidup selaras dengan Kebajikan dan akal, serta memahami bahwa kita tidak memiliki kendali atas banyak hal di dunia luar.

Kesepahaman kita tentang dunia Pendidikan tidak terlepas dari persoalan apakah murid-murid kita dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik,  mendapat didikan yang baik di sekolah dan atau mereka mendapatkan kenyamanan yang baik dalam lingkungan satuan Pendidikan dan keluarga mereka, serta lingkungan tempat bersosialisasi.

Beberapa aspek tersebut dapat kita lihat dalam perspektif stoikisme seperti Penguasaan diri (Temperance) yakni menjalani hidup dengan moderasi dan disiplin, menahan diri dari kesenangan yang berlebihan.

Bagi siswa dalam menghadapi tekanan nilai akademik, hubungan sosial, ekspektasi orang tua dan ketidak pastian masa depan.  Menjadi perhatian dunia Pendidikan agar mereka (murid) dapat menuntaskan Pendidikan dengan baik dan meninggalkan kenangan yang indah pada masa-masa sekolah.

Sekolah Sebagai Tempat Yang Menyenangkan

Menurut data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) tentang kasus Bullying atau perundungan meningkat tajam secara nasionala. Data 2023, ada 1,478 kasus bullying, Pada Tahun 2022, terdapat 266 kasus , 53 kejadian pada 2021, dan 119 peristiwa di 2020. Sedangkan data dari Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) 573 kasus Tahun 2024, sedangkan KPAI pada awal tahun 2024 menerima 141 kasus kekerasan anak, Dimana 35% di antaranya terjadi di sekolah.

Data November 2024 (Semester I 2024/2025) dataloka.id  mencatat 439.049 sekolah dari tingkat PAUD hingga SMA. Meskipun jumlah kejadian hanya 0, sekian persen dari jumlah sekolah. Namun tetap menjadi perhatian penuh untuk kita semua selaku pendidik untuk dapat memberikan pelayanan terbaik untuk murid-murid, supaya mempunyai akal dan adab yang tinggi.

Bagaimana sekolah bisa menjadi tempat yang menyenangkan ? jawabannya Adalah bahwa masing-masing Tri Tunggal (Pendidik, Orang Tua dan Murid) mampu memahami hak dan kewajibannya, kemudian tidak usah memikirkan yang di luar kendalinya. Masing-masing memiliki tugasnya, kemudian menguatkan kemampuan nilai luhur dengan sebaik-baiknya.

Relevansi Stoikisme bagi berbagai elemen dalam ekosistem sekolah yakni Bagi Siswa Membangun Ketahanan Mental dan Fokus, Bagi Guru dan Staf Pendidikan Menemukan Ketenangan dalam Mengajar, Bagi Orang tua Keseluruhan Membangun Kultur Positif.

 Konsep Kebajikan Stoikisme

Konsep Kebajikan Stoik Pemberian Penghargaan yang bisa dilakukan dalam bentuk Beri penghargaan bukan hanya untuk nilai tertinggi, tetapi untuk siswa yang paling menunjukkan keberanian (misalnya membela yang lemah), keadilan (jujur saat ulangan), atau penguasaan diri (mengelola emosi dengan baik). Mengajak aktif murid untuk dapat melaksankan konsep kebaikan melalui kehidupan keseharian di lingkungan satuan Pendidikan (sekolah).

Selain itu kehadiran konsep Kebajikan stoik bisa di terapkan dalam lingkungan rumah, seperti konsep 7 kebiasaan anak hebat Indonesia yang bisa di implementasikan di kehidupan lingkungan rumah seperti Bangun Pagi yakni Menanamkan kedisiplinan, kesiapan, dan membuat anak lebih siap menghadapi hari dengan energi positif dan produktivitas. Beribadah Mengajarkan nilai spiritual dan moral, menumbuhkan rasa syukur, serta membentuk pribadi yang memiliki hati yang lembut dan berempati. Dan Bermasyarakat Mengajarkan kepedulian, tanggung jawab sosial, serta kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain. Tidur Cepat Memastikan kualitas istirahat yang cukup, yang sangat penting untuk kesehatan fisik dan mental, meningkatkan konsentrasi, daya ingat, dan produktivitas.

Sangat dekat dengan korelasi konsep Pembelajaran Mendalam adalah pendekatan pendidikan holistik yang mendorong siswa untuk mengembangkan pemahaman yang utuh, kritis, dan aplikatif melalui suasana belajar yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.