Kultum Dzuhur disampaikan oleh Ustadz Dr. M. Imam Mutaqijn, S. Ag., MM
Tema : Perjalanan Hidup Manusia (Alam Ruh – Akhirat : Surga dan Neraka)
Surat Ali ‘Imran Ayat 135
وَٱلَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا۟ فَٰحِشَةً أَوْ ظَلَمُوٓا۟ أَنفُسَهُمْ ذَكَرُوا۟ ٱللَّهَ فَٱسْتَغْفَرُوا۟ لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ إِلَّا ٱللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلُوا۟ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Artinya: Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui
Jamaáh Sholat Dzuhur yang berbahagia,
Kehidupan dunia merupakan permainan dan senda gurau. Susah dan senang datang silih berganti. Senangnya merupakan kesenangan yang menipu dan sedihnya merupakan kesengsaraan sementara. Sungguh berbeda dengan kehidupan akhirat nanti yang kekal dan abadi.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau. Jika kamu beriman serta bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu, dan Dia tidak akan meminta hartamu.” (QS. Muhammad: 36).
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah membuat perbandingan antara dunia dan akhirat. Perbandingan antara keduanya bagaikan seseorang yang mencelupkan jarinya ke dalam lautan, maka dunia bagaikan setetes air yang melekat pada jari-jarinya itu. Al-Mustaurid bin Syaddad Radhiyallahu anhu berkata,
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : وَاللَّهِ مَا الدُّنْيَا فِى الآخِرَةِ إِلاَّ مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ هَذِهِ – وَأَشَارَ يَحْيَى بِالسَّبَّابَةِ – فِى الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَ يَرْجِعُ
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Demi Allâh, tidaklah dunia dibandingkan akhirat melainkan seperti salah seorang dari kamu yang mencelupkan jari tangannya ini –perawi bernama Yahya menunjuk jari telunjuk- ke lautan, lalu hendaklah dia perhatikan apa yang didapat pada jari tangannya”. [HR Muslim, no. 2858]
Pesan hikmah yang disampaikan oleh Ibnu Qayyim Al-Jawziyah menggambarkan tentang nilai kehidupan seorang Muslim untuk dapat menjalani hidup dan mmempersiapkan akhirat dengan bekal Iman dan Amal Sholih.
Kesadaran akan Kehidupan Akhirat:
Pesan ini membangkitkan kesadaran akan kehidupan setelah kematian. Penghuni kubur yang disebutkan dalam pesan ini mewakili individu yang telah berpisah dari dunia ini dan telah memasuki kehidupan akhirat. Hal ini menekankan bahwa kehidupan di dunia hanyalah sementara, sedangkan kehidupan akhirat adalah abadi. Oleh karena itu, kepentingan untuk mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah kematian menjadi sangat penting
Ibnu Qayyim Al-Jawziyah menyampaikan bahwa Perbandingan dunia dan akhirat hanya tamsil atau perumpamaan karena kehidupan akhirat sangat abadi tidak ada batasnya, sedangkan di dunia usia seseorang ada batasnya mungkin sampai 70, 90, atau 100 tahun, bahkan ada yang masih muda sudah dipanggil, sedangkan akhirat kekal abadi.
Perjalanan hidup manusia melalui beberapa tahapan, dimulai dari alam Roh, Rahim, Dunia, Barzakh, Alam Mahsyar, Alam Hisab, Alam Mizan hingga Shirot akhirat baik amal sholih masuk surga dan buruk masuk neraka.
Tiket surga akan diberikan kepada orang yang beriman dan beramal sholih serta mendapatkan ampunan dan Kasih sayang Allah SWT.
Qurán Surat Al-Ma’idah · Ayat 39
فَمَنْ تَابَ مِنْۢ بَعْدِ ظُلْمِهٖ وَاَصْلَحَ فَاِنَّ اللّٰهَ يَتُوْبُ عَلَيْهِۗ اِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ٣٩
Maka, siapa yang bertobat setelah melakukan kezaliman dan memperbaiki diri, sesungguhnya Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« لَنْ يُدْخِلَ أَحَدًا عَمَلُهُ الْجَنَّةَ » . قَالُوا وَلاَ أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « لاَ ، وَلاَ أَنَا إِلاَّ أَنْ يَتَغَمَّدَنِى اللَّهُ بِفَضْلٍ وَرَحْمَةٍ
“Amal seseorang tidak akan memasukkannya ke dalam surga.” “Engkau juga tidak wahai Rasulullah?”, tanya beberapa sahabat. Beliau menjawab, “Aku pun tidak. Itu semua hanyalah karena karunia dan rahmat Allah.” (HR. Bukhari, no. 5673 dan Muslim, no. 2816)
Berbicara tentang Ampunan Allah SWT maka itu artinya seorang Hamba telah melakukan Dosa, diantara perbuatan Dosa, ada yang langsung diampuni oleh Allah SWT ada perbuatan yang dilakukan dan kita harus meminta maaf agar diampuni dosa orang yang melakukan hal tersebut, misalnya Dosa Dzolim, Dosa mengumpat/memfitnah, dosa korupsi yang ada orang lain yang dirugikan.
Kezaliman adalah dosa besar yang akan mendatangkan siksa pedih di akhirat jika tidak segera disesali. Islam menegaskan pentingnya meminta maaf kepada yang dizalimi, karena di akhirat kebaikan kita bisa berpindah kepada mereka. Sebelum terlambat, segera bertaubat dan mintalah maaf untuk menghindari hukuman di hari kiamat
Secara etimologi, zhulmu (kezaliman) berarti,
ِوَضعُ الشَّيءِ في غَيرِ مَوضِعِه، وأخذُ المَرءِ ما ليس له
“Azh-zhulmu artinya meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya dan mengambil sesuatu yang bukan haknya.” (Al-‘Ain karya Al-Khalil bin Ahmad, hlm. 154; Tahdzib Al-Lughah karya Al-Azhari, 14:276; Bahjah Al-Majalis karya Ibnu ‘Abdil Barr, 1:362)
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ِالظُّلْمُ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ القِيَامَةِ
“Kezaliman adalah kegelapan pada hari kiamat.” (HR. Bukhari no. 2447 dan Muslim no. 2579).
Ali ‘Imran · Ayat 135
وَالَّذِيْنَ اِذَا فَعَلُوْا فَاحِشَةً اَوْ ظَلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللّٰهَ فَاسْتَغْفَرُوْا لِذُنُوْبِهِمْۗ وَمَنْ يَّغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلَّا اللّٰهُۗ وَلَمْ يُصِرُّوْا عَلٰى مَا فَعَلُوْا وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ ١٣٥
Demikian (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, mereka (segera) mengingat Allah lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya. Siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Mereka pun tidak meneruskan apa yang mereka kerjakan (perbuatan dosa itu) sedangkan mereka mengetahui(-nya).
Semoga Bermanfaat
Nashrun min Allah wa Fathun Qoriib
Wabasyiril Mu’minin
Wassalamuálaikum Wr. Wb.