Home Kultum Kebolehan Branding Diri dalam hal yang baik (Nabi Yusuf as. : Jadikan...

Kebolehan Branding Diri dalam hal yang baik (Nabi Yusuf as. : Jadikan Aku Bendahara karena Aku Amanah dan Berilmu Pengetahuan Luas).

859
0

Kultum Dzuhur disampaikan oleh Ustadz Dr. H. Eko Sudarmanto,MM

Tema : Kebolehan Branding Diri dalam hal yang baik (Nabi Yusuf as. : Jadikan Aku Bendahara karena Aku Amanah dan Berilmu Pengetahuan Luas).

Surat Yusuf Ayat 55

قَالَ اجْعَلْنِي عَلَىٰ خَزَائِنِ الْأَرْضِ ۖ إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ


Berkata Yusuf: “Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan”.

Surat az-Zalzalah Ayat 7-8
فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُۥ

Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.

وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُۥ

Artinya: Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.

Jama’ah Sholat Dzuhur yang dirahmati Allah SWT,

Personal branding adalah suatu cara yang dilakukan sseorang untuk memperkenalkan atau mempromosikan dirinya kepada orang lain, baik untuk kepentingan karir atau bermasyarakat.

Marilah kita belajar personal branding dari Rasulullah SAW, sang pemberi teladan (uswatun hasanah) kehidupan, yang hidup 16 abad yang lalu. Muncul pertanyaan, apakah selama hidupnya Rasulullah SAW melakukan citra diri atau membranding kepribadiannya? Coba kita kejar jawaban atas pertanyaan itu.

Jika kita lihat sebagai sebuah personal branding, maka Muhammad ‘Al Amin’ adalah brand yang luar biasa dan ‘Al Amin’ pun menjadi tagline yang sangat fenomenal.

Tagline ‘Al Amin’ telah memenuhi kriteria bagaimana membuat tagline yang mudah diingat, singkat, jelas, fokus, dan mudah dimengerti. Dan yang lebih penting, tagline itu orisinal.

Orisinalitas itu terbangun karena Rasulullah SAW memiliki ucapan, sikap, perbuatan, respons, kepedulian dan keseluruhan perilakunya yang tidak keluar dari value ‘terpercaya’

Gelar tersebut bukanlah klaim pribadi tetapi diberikan oleh penduduk Makkah pada saat itu. Gelar Al Amin bahkan tetap diakui mereka yang memusuhi beliau setelah periode kenabiannya, hingga saat ini.

Maka, personal brand yang kuat tersebut, pertama, didapat karena adanya satu kesamaan visi antara hati, lisan dan perbuatan. Hal ini sejalan dengan ajaran Islam, bahwa untuk mencapai keimanan yang sempurna, maka harus memenuhi syarat tashdiq bil qalbi (dibenarkan hati), iqrar bil lisan (diucapkan dengan lisan) dan amal bil arkan (diwujudkan dalam amal perbuatan).

Kedua, personal brand Muhammad ‘Al Amin’, bukanlah rekayasa. Artinya, personal brand tersebut benar-benar diterapkan dalam aktivasi branding-nya. Aktivasi branding adalah sebuah proses untuk menguatkan personal brand seseorang.

Jadi, personal branding bukanlah merekayasa kepribadian, tetapi sebuah proses untuk meletupkan keunikan yang kita miliki dan tidak dimiliki orang lain. Fungsi brand itu sendiri adalah sebagai pembeda dengan brand yang lain sehingga mudah dikenali.

Selain itu, yang ketiga, personal branding tidak lahir dalam waktu sekejap, sehingga selalu diperlukan aktivasi branding. Muhammad SAW melakukan proses itu selama bertahun-tahun dengan konsisten.

Bahkan pasca-personal brand-nya ‘melejit’ sebagai Al Amin, dalam diri Muhammad SAW tetap tertanam citra diri itu sampai akhir hayatnya. Jika Alquran adalah ‘produk’ dan Rasulullah SAW adalah personal yang mewakili ‘produk’, sebagaimana yang kita tahu, Rasulullah SAW dijuluki sebagai “Alquran berjalan”.

Rasulullah hafal Alquran dan membuat banyak orang ikut menghafalkannya. Rasulullah membacanya berkali-kali sampai khatam dan membuat orang-orang juga berkali-kali mengkhatamkannya.

Rasulullah mengajarkan semua hal dalam Alquran mulai dari cara membacanya, menjelaskan isi kandungannya, memberi tahu manfaatnya dan membuat banyak orang mengamalkannya.

Bahkan segala detik kehidupan Rasullullah adalah penerapan Alquran. Dari segala perkataan, perbuatan, bahkan diamnya Rasulullah menjadi dasar hukum dalam Islam, yang kita kenal sebagai hadis. Ketika personal brand seseorang sudah kuat maka ekuitas brand tersebut akan mengakar.

Ingatlah, Anda sendiri adalah salah satu dari brand. Karena Anda adalah sebuah brand, maka nama Anda adalah merek, wajah Anda adalah logo, pakaian dan aksesoris Anda adalah desain, perkataan Anda adalah public relation, sikap Anda adalah corporate culture, respons Anda adalah costumer service, kepedulian Anda adalah Corporate Social Responsibility (CSR), janji Anda adalah tagline, dan hasil kerja Anda adalah produk. Maka, tak inginkah kita wafat dalam kondisi memiliki personal branding yang dinilai baik di mata-Nya

Selain Nabi Muhammad SAW yang mempunyai Branding, Nabi Yusuf as juga mempunyai dengan branding orang yang Amanah.

Jama’ah Sholat Dzuhur yang berbahagia,

Sesungguhnya Jabatan boleh diminta, asal memenuhi beberapa syarat. Dalam sejarah, sebenarnya tak banyak orang yang terang-terangan meminta jabatan tertentu. Satu di antara yang fenomenal adalah kisah Nabi Yusuf AS dengan branding dirinya yang telah difirman oleh Allah SWT dalam Qur’an Surat Yusuf Ayat 55.

قَالَ اجْعَلْنِي عَلَىٰ خَزَائِنِ الْأَرْضِ ۖ إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ


Berkata Yusuf: “Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan”.

Selain tampan dan sangat piawai menakwil mimpi, Nabi Yusuf juga dikenal jujur dan sangat bisa dipercaya. Tentu saja jujur dan amanah dalam ukuran beliau sebagai seorang nabi dan rasul.

untuk menjalankan amanah kenabian dan kerasulan, para manusia terpilih ini memang memiliki beberapa sifat wajib, seperti shiddiq (benar) dan jujur, amanah (dapat dipercaya), fathanah (cerdas), dan tabligh (menyampaikan kebenaran dari Yang Mahakuasa).

Karena itu, kita tidak akan pernah mendengar penjelasan bahwa ada nabi atau rasul yang tidak jujur sebab jika itu terjadi, mana mungkin mereka bisa dipercaya oleh umatnya. Mereka terjaga dari sifat berdusta dan berbohong.

Nabi Yusuf memenuhi semua kualifikasi untuk memegang jabatan apa pun yang diserahkan kepada beliau. Interaksi antara Yusuf dan raja tidak terjadi hanya dalam hitungan hari dan bulan. Tetapi, sudah berlangsung dalam hitungan tahun. Yusuf pernah menginap di penjara pada era kepemimpinan raja itu.

Yusuf pernah hidup dalam kemewahan di lingkungan istana. Yusuf bergaul dengan warga istana sehingga ia sempat jatuh hati kepada wanita, istri Kitfir, bapak angkat Yusuf.

Setelah ditempa dengan beragam ujian, reputasi Yusuf akhirnya dikenal banyak orang, termasuk oleh sang raja. Ketika kerajaan itu mencapai kejayaan, raja meminta agar Yusuf didatangkan kepadanya.

Di hadapan raja itulah, Yusuf meminta agar jabatan bendahara negara diberikan kepadanya. Yusuf menggaransi dengan dua sifat, kepandaiannya menjaga amanah dan memiliki pengetahuan mengenai bidang tugas yang diembannya.

Sesaat lagi Bangs ini akan melaksanakan pesta demokrasi, yakni Pemilu sebagai pentas mendapatkan jabatan dan janji Rasulullah bahwa jabatan yang diamanahkan sajalah yang akan mendapat taufik Allah SWT. Jabatan boleh diminta, asal kita memiliki reputasi bagus. Memiliki kualifikasi sebagaimana ditunjukkan Allah SWT melalui surah Yusuf di atas.


Semoga bermanfaat
Nashrun min Allah wa fathun qoriib
Wabasyiril mu’minin
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barokatuh

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.