Home Kultum Kemusyrikan di Era Modern (Syirik yang bermetamorfosis)

Kemusyrikan di Era Modern (Syirik yang bermetamorfosis)

1346
0

Kultum Dzuhur disampaikan oleh Ustadz Muhammad Fadillah,S.Pd.I

Tema : Kemusyrikan di Era Modern (Syirik yang bermetamorfosis)


Surat Luqman Ayat 13

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ


Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.

Qur’an Surat Luqman Ayat 13 ini menjelaskan tentang Keesaan Allah SWT dan Allah SWT tidak akan mengampuni dosa syirik, kecuali ia bertobat dan meninggalkan perbuatannya. Sesungguhnya hanya Allah sajalah yang berhak untuk disembah (Allahu mustahiqqul ‘ibaadah). Dia lah yang berhaq di mintai permohonan dan Pertolongan.

Dalam Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah terdapat 7 (Tujuh) Pokok pikiran diantaranya yang pertama adalah Hidup manusia harus berdasar Tauhid. Organisasi Muhammadiyah mengajak dan melakukan pembinaan Kepada ummat Islam untuk Bertauhid yang murni Berdasarkan Al Qur’an dan As Sunnah Al Maqbullah, lepas dari Kesyirikan. beribadah Habluminallah dan Habluminannas dengan penuh Keikhlasan.

Syirik diartikan sebagai penyekutuan Allah SWT dengan yang lain, misalnya pengakuan kemampuan ilmu dari pada kemampuan dan kekuatan Allah SWT, pengabdian selain kepada Allah SWT dengan menyembah patung, tempat keramat, dan kuburan, dan kepercayaan terhadap keampuhan peninggalan nenek moyang yang diyakini akan menentukan dan memengaruhi jalan kehidupan.
Sedangkan Musyrik adalah orang yang memuja berhala.tiga golongan orang musyrik, yakni musyrik murni, musyrik perbuatan, dan musyrik pemujaan.
orang yang melakukan perbuatan menduakan Allah SWT adalah Kemusyrikan, perbuatan seperti demikian adalah dosa besar dan Allah SWT tidak akan mengampuni Dosa Kesyirikan sebelum Orang tersebut melakukan Taubat.

Jika kita perhatikan Diera Sekarang ini, Di Zaman Modern ini sulit kita dapati sesaji atau sesembahan untuk Roh penghuni pohon, gunung atau memberikan sesaji ke laut laut.

Perilaku syirik kini telah bermetamorfosis baik di Pemerintahan, Perdagangan, Pendidikan, Kesehatan merebak diberbagai Instansi, dan diberbagai unit baik dilembaga maupun di perkantoran.

Karena mengeluarkan dan mengadakan sesaji sejatinya sebagai bentuk upaya agar mulus dan lancar dalam usaha dan tidak diganggu untuk mencapai Tujuan yang ingin dicapainya.

Era sekarang Supaya lancar kita berikan sesaji kepada para pemangku kepentingan dengan Suap, gratifikasi komisi, wani Piro, berani bayar berapa, sehingga sesuatu yang diinginkan pada seseorang saat itu juga dapat dikabulkan inilah kesyirikan abad milenial.

Misalnya juga dengan menduduki Jabatan tertentu Mengharapkan dapat mengabulkan Tujuan, Keinginan dan Kebahagiaan bisa diraih, ini dapat mengakibatkan kesyirikan penghambaan pada jabatan,

Dengan Uang menganggap dapat mewujudkan apa yang diinginkan dapat terpenuhi sehingga Keesaan, Keagungan dan Kemuliaan Allah SWT mulai terpinggirkan. Naudzubillah min dzalik.

Terlena dan bimbang perasaan pernah dialami oleh seorang Khulafaur Rasyidin yakni Umar bin Khattab ketika Rosulallah SAW Wafat, Umar bin Khattab tidak percaya dan mengatakan Rosul tidak meninggalkan tetapi ia seperi Nabi Musa as, hanya sebentar meninggalkan umatnya dan akan kembali lagi. Mendengar seperti itu Abu Bakar Ash Shiddiq membacakan Qur’an Surat Az-Zumar Ayat 30
إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ

Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula


Dengan deraian air mata, Sayyidina Abu Bakar berdiri di tengah-tengah publik dan mengingatkan mereka dengan ajaran yang pernah disampaikan Nabi Muhammad.

Beliau juga mengutip ayat yakni dari Surah Ali Imran ayat 144 berbunyi: “Afa in maata aw qutila inqalabtum ala a’qabikum,”. Yang artinya: “Apakah jika Nabi meninggal atau terbunuh, kamu akan berbalik ke belakang (kembali menjadi kafir)?”.

Mendengar hal itu bahkan Sayyidina Umar bin Khattab baru tersadar, dan beliau berkata: “Demi Allah, aku seolah-olah tak pernah mendengar ayat-ayat itu sebelum ini,”. Selanjutnya, Sayyidina Umar tersungkur ke tanah dan menumpahkan seluruh kedukaan dan ratapannya sambil berkata: “Nabi Muhammad benar-benar telah pergi selamanya,”.

Tak sampai di situ, Sayyidina Abu Bakar juga melanjutkan kata-katanya: “Barangsiapa yang menyembang Nabi Muhammad, maka sesungguhnya beliau telah wafat. Akan tetapi, barangsiapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah Mahahidup dan tidak akan pernah mati,”.

Kisah supaya tidak melakukan kesyirikan juga pernah dilakukan Kholifah Umar bin Khattab ketika memberhentikan panglima Perang yang hebat yang sedang di puncak karirnya yakni Kholid bin Walid

Setelah Abu Bakar Ash Shiddiq wafat, Umar bin Khattab menggantikannya sebagai khalifah,

Ketika Kepemimpinan Umar bin Khattab, Ada seorang panglima Perang yang Kuat dan hebat serta ditakuti oleh musuh karena dalam peperangan selalu menang, para pasukan pun sangat memujinya dan membangga-banggakannya,Bahkan, orang-orang membuat banyak syair dan lagu untuk memuji kepahlawannya yang masyhur itu.

Pada suatu hari Umar bin Khattab memutuskan untuk mengganti panglima Perang yang telah berjasa itu, di puncak karirnya, dipuncak kemenangannya.


Apa yang yang jadi pertimbangan Umar bin Khattab mengganti Kholid bin Walid ?

Umar bin Khattab Khawatir mereka berperang bukan karena Allah SWT, tapi perang karena Kholid bin Walid karena dikawatirkan adanya kesyirikan maka Kholid bin Walid digantikan oleh Abdullah bin Ubaid.

Setelah mundur dari jabatannya, Khalid kemudian kembali ke Madinah untuk melapor kepada Khalifah Umar bin Khattab bahwa perintahnya sudah dilaksanakan.

Umar bin Khattab menjelaskan kepada Khalid. “ sebagai khalifah aku bertanggung jawab atas akidah umat. Engkau adalah pahlawan perkasa yang tak dapat dikalahkan di setiap medan pertempuran. Tapi, akibatnya rakyat mulai menyanyikan lagu pujian untukmu, dan tidak lagi memuji dan memuja Allah semata. Aku khawatir mereka menjadi syirik. Sebagai penanggung jawab aku harus membuktikan kepada seluruh umat, bahwa semata sebagai hamba Allah aku mampu memecat Khalid bin Walid sebagai panglima perang yang masyhur,” jelas Umar panjang lebar.

Kisah ini mengajarkan kepada kita semua untuk dapat melakukan apapun harus karena Allah SWT, penuh Keikhlasan dan menggapai Ridho Allah SWT.

Dosa Syirik dalam kita menjalani kehidupan ini kerap sulit terdeteksi seperti mencari Jarum Jatung di waktu malam gelap gulita dan disemak belukar yang terbakar hitam jadi arang,

Mudah-mudahan kita dapat terhindar dari dosa kesyirikan baik yang Asghor maupun yang Akbar. amin ya rabbal’alamin

Semoga bermanfaat
Nashrun minallah wafathun Qoriib
Wabasyiril Mu’minin
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barokatuh

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.