Kultum Dzuhur disampaikan oleh Ustadz Dr. Asep Suhendar,M.Pd.
Tema : Contoh Toleransi yang dilakukan oleh Rosulallah SAW
Q.S Al Hujurot 49:13
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.
Akhir-akhir ini dibulan Desember kita banyak menjumpai di berbagai media sosial tentang Toleransi ummat beragama tentang Ucapan Selamat Hari Raya pada semua Agama, lalu bagaimana cara Rosulallah SAW dalam menerapkan toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?
Rasulullah adalah tokoh teladan terbaik dalam mengajarkan sikap toleransi kepada umatnya. Toleransi merupakan sikap untuk mengayomi orang-orang yang berbeda keyakinan dan kedudukan yang tidak menebar permusuhan. Rasulullah tidak hanya sebagai Nabi, beliau juga kepala keluarga, panglima perang, dan kepala negara. Kedudukan dan kekuasaan yang diperolehnya tidak menjadikannya sebagai orang yang bertindak kasar dan keras.
Contoh Toleransi pertama yang dilakukan Rosulallah SAW
Toleransi yang beliau tunjukkan ialah memaafkan dan bahkan mendoakan kaum yang telah berbuat jahat kepada beliau ketika berdakwah. Setelah wafatnya paman beliau, Abu Thalib, Nabi SAW berkunjung ke perkampungan Thaif. Beliau menemui tiga orang dari pemuka suku kaum Tsaqif, yaitu Abdi Yalel, Khubaib, dan Mas’ud.
Nabi mengajak mereka untuk melindungi para sahabatnya agar tidak diganggu oleh suku Quraisy. Namun, kenyataan pedih yang dialami beliau. Nabi diusir dan dilempari batu oleh kaum Tsaqif. Akibatnya, darah pun mengalir dari tubuh beliau.
Menyaksikan kejadian itu, Malaikat Jibril memohon izin untuk menghancurkan kaum Tsaqif karena telah menyiksa Nabi. Namun, apa jawaban Nabi? “Jangan! Jangan! Aku berharap Allah akan mengeluarkan dari tulang sulbi mereka keturunan yang akan menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun.”
Beliau pun berdoa untuk kaum Tsaqif. “Ya Allah, berilah petunjuk kepada kaumku, karena mereka belum mengetahui (kebenaran).” (HR Baihaqi).
Contoh Toleransi Kedua yang dilakukan Rosulallah SAW yakni Membuat Piagam Madinah
Pada lain kesempatan, sebagai pemimpin negara, Rasulullah SAW juga menunjukkan sikap tolerannya. Ketika terjadi keributan antara kaum Muslim dan kaum Quraisy serta Yahudi, Rasul menawarkan solusi dengan membuat Piagam Madinah untuk mencari kedamaian dan ketenteraman kehidupan di masyarakat. Seperti yang terdapat pada pasal 16 yang tertulis, “Sesungguhnya orang Yahudi yang mengikuti kita berhak atas pertolongan dan santunan, sepanjang (kaum mukminin) tidak terzalimi dan ditentang.”
Contoh Toleransi Ketiga yang dilakukan Rosulallah SAW yakni Penaklukkan Kota Makkah (Fathu Makkah).
Pada peristiwa penaklukkan Kota Makkah (Fathu Makkah), Rasulullah SAW juga menunjukkan toleransi yang sangat indah. Penduduk Makkah yang selama ini memusuhi Rasulullah, ketakutan ketika umat Islam berhasil menaklukkan Kota Makkah.
Sebab, sebelum penaklukan itu, umat Islam sering ditindas oleh kaum kafir Quraisy Makkah. Tak jarang, mereka juga menghalang-halangi dakwah Rasul, bahkan hingga bermaksud membunuhnya.
Namun, setelah penaklukan Kota Makkah itu, Rasul memaafkan sikap mereka. Tidak ada balas dendam. Kekuasaan yang dimilikinya, tak menjadikan diri Rasul menjadi sombong atau bertindak sewenang-wenang.
Ketika penduduk Quraisy menanti keputusan beliau, Rasul bersabda, “Saya hanya katakan kepada kalian sebagaimana ucapan Nabi Yusuf kepada para saudaranya, ‘Tiada celaan atas kalian pada hari ini’. Pergilah! Kalian semua bebas.” (HR Baihaqi).
Contoh Toleransi Keempat yang dilakukan Rosulallah SAW yakni Berdiri ketika Jenazah Orang Yahudi Lewat
Suatu hari Rasulullah mendapati rombongan yang mengangkut jenazah lewat di hadapan beliau. Nabi pun berdiri menghormati.
Sahabat beliau segera memberi tahu dengan nada seolah protes, “Itu jenazah orang Yahudi.”
“Bukankah ia juga manusia?” sahut Rasulullah.
Dialog singkat ini bisa dijumpai dalam hadits shahih riwayat Imam Bukhari. Hadits tersebut diceritakan dalam konteks ketika suatu hari Sahal bin Hunaif dan Qais bin Sa’ad sedang duduk di daerah Qadisiyah, tiba-tiba lewatlah jenazah di hadapan keduanya, lalu keduanya pun berdiri. Dikatakan kepada mereka berdua bahwa jenazah itu adalah ahlu dzimmah, warga non-Muslim yang baik. Lalu keduanya menceritakan sikap Rasulullah terhadap jenazah Yahudi itu.
Pemberitahuan sahabat kepada Nabi bahwa jenazah tersebut adalah orang Yahudi bisa dimaklumi mengingat ketika itu sebagian orang Yahudi memusuhi dakwah Rasulullah. Mungkin para sahabat penasaran dengan alasan Rasulullah menaruh takzim pada jenazah apalagi diketahui bukan orang Islam.
Rasulullah menjawabnya dengan pertanyaan retoris, “Bukankah dia manusia (nafs)?” Dengan jawaban semacam ini Rasulullah seakan mengingatkan para sahabat bahwa tiap manusia layak mendapat penghormatan, terlepas dari apa latar belakang sosial dan agamanya, bahkan ketika manusia itu sudah terbaring menjadi mayat.
Dalam hadits lain riwayat Imam Ahmad disebutkan bahwa Rasulullah memerintahkan berdiri ketika ada jenazah Yahudi, Nasrani, atau Muslim. Bukan berdiri untuk jenazah itu sendiri tapi untuk malaikat yang menyertai jenazah tersebut. Artinya, manusia tak luput dari iring-iringan malaikat, tak hanya ketika hidup tapi juga saat meninggal dunia. Ada yang berpendapat bahwa hadits perintah berdiri menghormati janazah ini mansukh sehingga status berdiri itu sekadar boleh atau dianjurkan belaka.
Terlepas dari perdebatan fiqih tentang kesunnahan berdiri terhadap jenazah, petikan hadits pertama di atas menyiratkan pesan substansial bahwa Rasulullah sangat menghormati manusia. Hal itu selaras dengan pernyataan Al-Qur’an Surat al-Isra ayat 70, “Walaqad karramnâ banî âdam (dan sungguh telah Kami muliakan manusia).”
Kisah ini menceritakan betapa agungnya kemanusiaan dalam Islam. Rasulullah meneladankan kepada umatnya tak hanya teguh di jalan tauhid tapi secara bersamaan juga ikhlas menghargai martabat manusia, apa pun latar belakangnya. Bukankah Islam mengajarkan bahwa semua manusia adalah setara, yang membedakan hanyalah ketakwaannya.
Dengan penjelasan diatas mari kita membuat angket untuk Introspeksi diri apakah kita termasuk orang yang toleransi ?
Jawablah pertanyaan angket berikut:
1. Apakah kita bersedia bertetangga dengan orang non muslim?
Jika jawaban YA maka kita termasuk orang yang Toleransi
2. Apakah kita akan menjenguk tetangga non muslim, jika ia Sakit ?
Jika jawaban YA maka kita termasuk orang yang Toleransi
3. Apakah kita akan membantu orang non muslim, jika ia mendapatkan musibah?
Jika jawaban YA maka kita termasuk orang yang Toleransi
4. Apakah kita akan mengundang orang non muslim, jika kita mengadakan pesta perkawinan ?
Jika jawaban YA maka kita termasuk orang yang Toleransi
5. Apakah kita akan datang, jika orang non muslim mengundang kita dalam pesta perkawinan?
Jika jawaban YA maka kita termasuk orang yang Toleransi
6. Apakah kita akan memakan makanan yang diberikan orang non muslim ketika hari raya mereka? (Telah dijelaskan kehalalannya)
Jika jawaban YA maka kita termasuk orang yang Toleransi
7. Apakah kita akan memberikan Ucapan Selamat Hari Raya pada Agama Non muslim?
Jawabannya adalah Lakum Diinukum Wa Liyadiin.
Kesimpulanlannya :
Dalam ayat Al Qur’an jika panggilan Allah SWT Ya ayyuhannas (wahai manusia), maka ini adalah ibadah Sosial siapapun harus kita bantu, apapun suku,ras dan golongannya ketika butuh bantuan kita harus tolong, bahwa makhluk yang diharamkan pun jika terkena Musibah wajib di berikan solusi.
Berbeda dengan ayat Al Qur’an yang jika Allah SWT memanggil dengan sebutan ya ayyuhalladzina amanu kurang lebih adalah (Wahai orang-orang beriman) maka ini adalah ayat untuk menggunakan Iman dan Ketauhidan, perlu kehati-hatian dan jangan ragu-ragu dalam beribadah.
Semoga bermanfaat
Nashrun minallah wafathun Qoriib
Wabasyiril Mu’minin
Wassalamu’alaikum Wr Wb